Lihat ke Halaman Asli

Wartawan Bodrek & LSM Bodong Bikin Perut Mules

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya dulu hanya sering mendengar adanya wartawan bodrek dan LSM bodong tp hari jum'at kemarin saya benar2 melihat penampakan mereka di depan mata saya sendiri. woowww benar2 menyeramkan & lumayan membuat takut asisten rumah tangga saya.

Datang bergerombol sekitar 4 orang (3 orang mengaku sbg wartawan dan 1 dari LSM), saya tanya siapa mereka dan ada perlu apa, sertamerta mereka mengeluarkan ID cardnya masing lalu refleks wajah saya senyam-senyum  mellihat ID card mereka yg dicetak di kertas biasa lalu dilaminating (haha... zaman sekarang msh ada ID card seperti  itu, pantes KTP lama mau ganti kemasan dgn E-KTP, coba bayangkan kalau kita buka KTP lalu disamping kita ada bule). Lalu setelah kasih ID card, mereka mengutarakan maksud dan tujuan mereka datang, bermacam alasan dan tujuan mereka utarakan dari sbg mitra pemerintah sampai sbg investigator lapangan yg menambah saya semakin ngeli dibuatnya. Sambil mereka berbicara saya panggil asisten saya untuk membuatkan minuman, setelah saya panggil asisten saya liat mereka tambah semangat bicaranya , tp sayang minuman yg dibuat cuma 1 gelas yg cukup di minum untuk saya seorang, dari wajah semangat 45 langsung berubah seperti wajah penjajah kalah perang (marah tp tdk dapat berbuat banyak).

Mungkin krn sudah lelah mereka bicara & ditammbah sedikit frustasi melihat ekpresi saya yg tidak dapat mereka tekan dgn segudang ancaman dan malah asyik mainkan tablet sambil ngecek di google media yg mereka sebutkan yg ternyata cuma media abal2 yg mangkal di blog gratisan. Akhirnya mereka utarakan maksud dan tujuan sebenarnya mereka datang yakni meminta sejumlah uang yg istilah mereka "uang koordinasi". Saya hampir sedikit binggung apa maksudnya dgn istilah uang koordinasi tp akhrinya saya paham mungkin bahasa kampungnya uang jago. Karena saya meyakini bahwa usaha yg saya jalani secara legal formal dapat dipertanggungjawabkan maka permintaan mereka tidak saya turuti, bahkan sekedar minta nomor hp saya tolak mentah2 dgn saya katakan tidak ada alasan bagi saya untuk kasih no. hp saya ke orang yg saya tidak kenal.

saat ini saya sudah koordinasi dgn polsek tempat saya tinggal untuk menjemput mereka lalu memulangkan  ke habitatnya (penjara) apabila mereka datang. Biar saya bisa ketawa sampai perut saya mules melihat mereka dihabitat asalnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline