Lihat ke Halaman Asli

HOAX Bertebaran, Gagalnya Pendidikan Dasar Indonesia

Diperbarui: 8 Desember 2018   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak hanya belajar untuk menjawab soal. Mereka tidak dilatih untuk mengelola rasa ingin tahu mereka, mencari jawabannya, dan menguji kebenaran opini mereka. Sekolah hanya untuk mendapatkan ijasah, memiliki pekerjaan, mendapat status "sukses" dari masyarakat bukan untuk menguatkan daya nalar dan memperluas wawasan pemikiran.

Mengajar di Omah Sinau Ngijo dalam 2 tahun ini, saya menemukan banyak sekali keanehan yang terjadi pada cara berpikir & belajar anak - anak. Ada anak yang sudah kelas 5 tapi masih belum fasih menyelesaikan operasi penjumlahan pengurangan. Ada yang sudah SMP tapi belum mengerti apa arti dari "how are you".

"Kok kamu tahu jawabannya , I am Fine?"

"Soalnya gurunya menyampaikan perintahnya seperti itu."

Saya beberapa kali menemui kejadian seperti ini. Hal paling "nggemesin" terjadi 2 minggu yang lalu. Waktu itu kami mengajarkan ilmu bumi tentang kawasan iklim Tropis. Anak - anak kesulitan membaca peta, menyebutkan benua, dan bertanya

"Oh Indonesia itu Asia ya." 

Melihat hal ini saya sungguh miris sekali. Pendidikan dasar yang harusnya menjadi fundamental anak Indonesia terbukti gagal melakukannya, minimal untuk anak di kawasan binaan Omah Sinau karena saya hampir melihat fenomena ini di semua tempat yang saya datangi.

Sebelum saya beropini lebih jauh, saya akan sedikit menjelaskan tentang Omah Sinau Kami yang saya bangun bersama suami saya. Omah Sinau Kami adalah ruang belajar yang kami inisiasi karena melihat rendahnya kemampuan literasi dan SDM di kawasan pedesaan. Ketidakberdayaan masyarakat di kawasan pedesaan ini membuat mereka rentan terhadap manipulasi baik politik maupun ekonomi. Kami membuka kelas gratis untuk anak - anak desa dengan 3 tujuan besar : Menumbuhkan kecintaan pada literasi, menumbuhkan daya nalar, dan menumbuhkan rasa cinta mereka terhada kearifan lokal yang dimilikinya.

img-20181122-154759-5c0b5e50bde57566a23fc842.jpg

Kamis kemarin di perpustakaan keliling, saya berikan anak - anak tugas yang mudah. Saya menyuruh mereka untuk mengamati ruangan tempat kami belajar selama 5 menit. Setelah itu mereka punya waktu 5 menit untuk membuat 1 pertanyaan dari observasi yang mereka lakukan. 5 menit berlalu mereka terlihat kebingungan. 10 menit berjalan, tidak ada satupun dari mereka yang siap dengan pertanyaan.

"Halah mbak. Kasih aja pertanyaan kami yang jawab. Susah lho. Mau tanya apa?"

"Sembarang. Masa kamu tidak pernah penasaran sama tubuhmu atau lingkunganmu. Apa kamu sudah tahu semua dengan fenomena 7 kejadian disekitarmu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline