Lihat ke Halaman Asli

Nyoman Sarjana

Guru dan Penulis

Sebelum Ramadan

Diperbarui: 25 Maret 2024   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum Ramadan
DN Sarjana

"Ibu tidak boleh pergi. Aku tak mau sendirian. Aku sayang ibu."

Tangis Selasih ketika menatap ibunya berbaring lemah. Ia berusaha menahan biar tidak terdengar oleh ibunya. Tiga hari sudah, ibunya berbaring lemah. Selama itu pula Selasih menanti kehadiran seseorang yang disebut ayah.

Dalam bilik ukuran 4x5, Selasih menjalani hari-hari begitu pilu. Bersama seorang ibu yang tabah dan bijaksana. Setiap Selasih bertanya soal ayah. Ibu selalu menjawab sabar nak.

Diusia ibu sudah 60 tahun. Beliau begitu tabah menghadapi hari puasa. Setiap hari ibu masih menyiapkan jualan jajanan untuk menyambung hidup keluarga.

Hebatnya, setiap hari jumat di bulan ramadhan ibu menyediakan kurang lebih 20 bubur yang diberikan kepada anak yatim piatu tidak jauh dari tempat kami indekos.

Selasih sudah lama minta ibu berhenti bekerja. Cukup mengerjakan pekerjaan di rumah, karena Selasih sudah cukup mendapat uang untuk menutup bulanan.

"Bu, sebaiknya Ibu berhenti jualan. Selasih kan sudah dapat gajian. Sudah cukup untuk kita makan berdua."

"Asih, Ibu mengerti maksud nak, agar Ibuk lebih banyak dapat istirahat. Tapi Sih, Ibu kurang suka diam saja."

"Tapi ibu sudah tua. Apalagi di bulan puasa."

"Nanti kalau Ibu tidak mampu, pasti Ibu nurut."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline