Lihat ke Halaman Asli

Permukaan Air Laut Terus Naik, Bagaimana Nasib Wilayah Pesisir Perkotaan di Indonesia?

Diperbarui: 21 Januari 2016   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kenaikan muka air laut merupakan masalah utama yang mengancam kelangsungan aktivitas di wilayah pesisir. (Dokumentasi Program ACCCRN)"][/caption]

Berbicara mengenai perubahan iklim, tidak sedikit yang muncul untuk diperdebatkan baik dari sisi penyebab maupun dampaknya. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan iklim sangat berpengaruh pada wilayah pesisir yang tersebar di Indonesia sebagai negara kepulauan. Pada konteks ini, maka mudah untuk mengasosiasikan perubahan iklim dengan pemanasan global yang berdampak pada kenaikan permukaan laut. Studi dari United Nations Development Programme (UNDP) tahun 2007 menunjukkan 42 juta penduduk Indonesia tinggal di dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 10 meter di atas permukaan laut. Padahal, menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan di tahun 2014, rata-rata kenaikan muka laut di Indonesia sebesar 0,73 - 0,76 cm per tahun. Bahkan ini belum memperhitungkan faktor penurunan muka tanah. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang perlu diwaspadai dan mendapat perhatian khusus di Indonesia.

Tidaklah mudah untuk membicarakan maupun mengeksekusi solusi terkait dengan dampak perubahan iklim terhadap wilayah pesisir karena kompleksitas permasalahan tersebut. Dampak-dampak tersebut cukup bervariasi mulai dari naiknya permukaan air laut, perubahan suhu air laut yang berpengaruh pada pola migrasi ikan dan lingkungan dalam laut, abrasi yang semakin parah, serta cuaca ekstrem dan perubahan pola cuaca yang mengganggu aktivitas nelayan yang dapat berdampak pada penghidupan masyarakat pesisir. Pada skala perkotaan, kota pesisir juga sering mengalami masalah genangan akibat intrusi air laut yang mengganggu aktivitas perkotaan. Berbagai studi memang menunjukkan bahwa masyarakat pesisir merupakan salah satu kelompok rentan terhadap perubahan iklim dengan kompleksitas kependudukan dan areanya.

[caption caption="Masyarakat pesisir perkotaan sering menjadi kelompok rentan di tengah ancaman dampak perubahan iklim yang kompleks. (Dokumentasi Program ACCCRN) "]

[/caption]

Berbagai macam alternatif solusi aksi adaptasi untuk permasalahan perubahan iklim di wilayah pesisir memang ada, namun kembali lagi solusi mana yang sesuai dengan karakter masalah dan area yang diintervensi. Contoh-contoh yang dapat dilakukan mulai dari sistem informasi cuaca bagi nelayan, restorasi ekosistem mangrove sebagai proteksi pesisir, pemantapan infrastruktur perikanan, pembuatan alat pemecah gelombang, peningkatan kapasitas masyarakat pesisir untuk mata pencaharian alternatif, penyesuaian desain arsitektur bangunan dengan rumah apung atau rumah panggung, sampai intervensi pada level penataan ruang, serta berbagai opsi alternatif aksi lainnya. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana masyarakat pesisir sebagai kelompok rentan mendapat perhatian, pendampingan, dan upaya menstimulasi kemampuan adaptasi mereka baik sebagai penerima manfaat maupun terlibat sebagai pelaksana aksi adaptasi tersebut.

Mercy Corps Indonesia melalui Program Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN) di Indonesia, seperti banyak lembaga lainnya yang memiliki fokus pada isu perubahan iklim, menyadari pentingnya untuk meningkatkan ketahanan wilayah pesisir perkotaan akibat perubahan iklim. Aksi adaptasi sebagai respon terhadap dampak perubahan iklim yang sudah disebutkan sebelumnya menjadi salah satu kunci untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir tersebut. Pada dasarnya, wilayah pesisir yang berketahanan dalam sistem perkotaannya diharapkan mampu memelihara fungsi-fungsi utamanya dari berbagai bentuk tekanan dan kejadian yang dihasilkan dari dampak perubahan iklim, serta mampu pulih dengan cepat dari dampak-dampak tersebut. Berbagai upaya peningkatan ketahanan masyarakat pesisir tentu diharapkan memiliki unsur keberlanjutan baik secara internal maupun eksternal mengingat karakter permasalahan area pesisir yang dinamis.

[caption caption="Salah satu bentuk adaptasi perubahan iklim di wilayah pesisir adalah dengan memiliki ekosistem mangrove yang memadai sebagai upaya proteksi abrasi, gelombang laut, dan angin kencang. (Dokumentasi Program ACCCRN)."]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline