Lihat ke Halaman Asli

Ancaman Semakin Nyata, Generasi Peduli Perubahan Iklim Harus Disiapkan Sedari Dini

Diperbarui: 28 Desember 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi dalam buku dibuat menarik dengan cerita-cerita yang mengangkat konteks lokal agar lebih menarik bagi siswa dan lebih mudah dimengerti. (Dokumentasi Program ACCCRN)"][/caption]Dampak perubahan iklim tidak mengenal kelompok masyarakat tertentu. Dampaknya dapat mengancam seluruh lapisan masyarakat, namun besar kecilnya dampak dapat direspon secara berbeda-beda tergantung dari kapasitas masyarakat tersebut. Sering kali, penduduk miskin, orang lanjut usia, wanita, dan anak-anak menjadi kelompok yang lebih rentan. Salah satu penyebab masyarakat menjadi rentan terhadap perubahan iklim adalah kurangnya pengetahuan yang memadai terhadap perubahan iklim tersebut.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membangun kapasitas masyarakat sadar dan paham terhadap dampak perubahan iklim. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai perubahan iklim, dampak yang dihasilkan dari kejadian perubahan iklim, serta bagaimana beradaptasi terhadap dampaknya, maka suatu kota akan semakin rentan terhadap dampak-dampak yang dihadapi. Pendidikan memang tidak mengenal usia, namun memberikan pemahaman mengenai perubahan iklim sedari dini dipercaya dapat menciptakan sumber daya manusia yang lebih siap dan memiliki kapasitas untuk merespon dampak perubahan iklim tersebut. Harapannya, ini juga dapat menginisiasi perubahan perilaku masyarakat untuk semakin peduli pada lingkungan sekitarnya.

Pendidikan perubahan iklim bertujuan untuk menghasilkan perubahan perilaku jangka panjang dan mendorong lebih banyak individu dalam mengembangkan ide dan keahliannya untuk solusi perubahan iklim di masa depan. Pendidikan semacam ini tentu dapat dilakukan melalui jalur formal maupun informal. Metode yang digunakan tentu harus disesuaikan dengan sasaran. Pada kenyataannya, proses pendidikan dan pembelajaran perubahan iklim sebaiknya tidak hanya fokus pada aspek ilmiah dari ilmu iklimnya saja, tapi juga bagaimana kaitannya dengan hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan seperti ilmu sosial, ekonomi, pembangunan, lingkungan, dan juga perilaku.

Di Indonesia, tidak sedikit lembaga dan pihak yang menaruh perhatiannya terhadap pendidikan perubahan iklim. Salah satu praktiknya telah diterapkan di Kota Bandar Lampung. Sejak tahun 2012 sampai pada Juni 2015, kerjasama Mercy Corps Indonesia melalui program ACCCRN (Asian Cities Climate Change Resilience Network), Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan Universitas Lampung (Unila) telah menghasilkan bahan ajar sisipan materi dengan tema perubahan iklim untuk tingkat SD (IPA, IPS, PKn Kelas 4 & 5) dan tingkat SMP (IPA, IPS Kelas 7 & 8). Bahan ajar sisipan tersebut telah dikembangkan dengan menyesuaikan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum nasional yang berlaku. Modul tersebut tidak hanya disiapkan untuk murid, tapi juga untuk guru sehingga guru memiliki pemahaman lebih dalam menyampaikan dan mengaitkan substansi perubahan iklim pada mata pelajaran yang diintegrasikan.

[caption caption="Pembelajaran pendidikan ketahanan iklim di sekolah mendorong peningkatan pemahaman, sikap, dan tindakan pengelolaan lingkungan dan pengetahuan tersebut dibawa siswa ke rumah. (Dokumentasi Program ACCCRN)"]

[/caption]

[caption caption="Pendidikan mengenai perubahan iklim juga didorong melalui praktik dalam keseharian siswa. Memilah sampah dan menjaga kebersihan adalah salah satu contoh sederhananya. (Dokumentasi Program ACCCRN)"]

[/caption]

[caption caption="Praktik langsung dipercaya dapat memberikan pengalaman yang lebih mudah diingat anak-anak dalam mempelajari sesuatu, seperti pertanian hidroponik sebagai contoh aksi adaptasi perubahan iklim juga dilakukan oleh siswa. (Dokumentasi Program ACCCRN)"]

[/caption]Bp. Maulana Mukhlis, Dosen Universitas Lampung, yang sekaligus menjadi koordinator dari implementasi kegiatan pendidikan perubahan iklim di Bandar Lampung menyatakan, “Secara umum, melalui modul sisipan perubahan iklim ini dapat mendorong aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif siswa agar mereka lebih mudah memahami perubahan iklim dan harapannya menyebarluaskannya ke keluarga maupun teman-temannya yang lain.” Hal ini memang terbukti dengan pembelajaran yang tidak hanya berhenti di ruang kelas, namun diteruskan melalui praktik-praktik nyata yang diminati oleh siswa sehingga terbentuk kelompok kerja atau biasa disebut pokja di sekolah seperti pokja biopori, pokja kompos, pokja tanaman hidroponik, dan sebagainya. “Praktik yang diajarkan melalui modul sisipan perubahan iklim membuat siswa-siswa dan bahkan guru untuk lebih sadar dan peduli lingkungan. Ini terbukti membuat sekolah kami mendapat gelar sekolah adiwiyata akibat motivasi yang muncul setelah mempraktikan berbagai hal yang dipelajari mengenai perubahan iklim dan lingkungan. Pengintegrasian modul sisipan perubahan iklim dengan kurikulum yang berlaku mempermudah guru untuk menyampaikan materi dan memperkaya referensi guru.” ujar Bu Nurmaeni, Kepala Sekolah SMP Negeri 7.

Target awal penerima manfaat program adalah 45 orang guru dan 1.845 orang siswa dari empat sekolah percontohan; SDN 1 Langkapura, SDN 1 Karang Maritim, SMPN 7 Bandar Lampung, dan SMPN 27 Bandar Lampung. Pada tahun 2014 sampai 2015, bahan ajar direplikasi oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung ke seluruh SD dan SMP negeri di Bandar Lampung dengan harapan lebih banyak sekolah yang mendapat pembelajaran serupa. Pemerintah Kota Bandar Lampung menunjukkan dukungan terhadap keberlanjutan Program Pendidikan Perubahan Iklim ini melalui diterbitkannya Peraturan Walikota No. 12 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Materi Pendidikan Ketahanan Perubahan Iklim di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengan Pertama dalam Wilayah Kota Bandar Lampung. Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung sendiri telah menganggarkan penggandaan bahan ajar perubahan iklim untuk disebarkan ke seluruh SD dan SMP negeri se-Bandar Lampung dalam APBD-nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline