Lihat ke Halaman Asli

Menulis di "Kompasiana" Tidak Berguna

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebenarnya apa yang kita harapkan dari menulis di Kompasiana ini? Itu adalah pertanyaan yang menahan tanganku, ketika aku mau menekan tombol-tombol papan tulis ini. Itu harus terjawab ketika tulisan ini sudah tersiarkan, dan kalau belum aku akan terus mencarinya tersurat, maupun tersirat. Kalau ketemu itu jawaban, tidak aku malas menulis lagi! Kenapa, nanti ada pendapatku untuk itu.

Sokrates tidak menuliskan buah pikirannya tentang manusia. Abad ke-6 (enam) SM manusia yang mengaku sering mendapatkan mimpi-mimpi benar ala seorang nabi hanya mengutarakan pemikirannya kepada khalayak Yunani dengan menggunakan metode aneh! Tahukah kau apa metode aneh itu? Metode itu bernama metode bidan! Aku sebenarnya ingin sekali menertawai metode yang dinamai manusia gendut itu, tapi tertawaanku ini tertahan di antara diagframa jiwa dan kebenaran.

"Sokrates amat menyayangi ibunya!" ujar kawanku ketika ku sedang membaca buku sendiri.

"Apa hubungannya?" tanya ku kembali

Jawabnya terdiam, "Ibunya Sokrates itu adalah seorang bidan, kerjanya setiap waktu menolong manusia yang sedang mengandung!"

Yah... Percakapan itu terus berlangsung antara aku dan kawanku aku selama itu. Mungkin benar kata seorang pelawak ternama di Indonesia, dia pemeran Kabayan di tahun yang lampau, aku lupa nama aslinya. Katanya begini lebih kurang, "Kau jangan malu meniru-niru sesuatu, apabila orang memakan nasi, lalu kau tiru apakah itu salah?" Pertanyaan ini menjadi retoris, padahal aslinya verbal biasa. Itu mengenai ada seseorang yang mengikuti gaya Bapak 'Kabayan" itu dalam melawak. Pikirku itu ada benar dan ada salah! Sokrates dan kita yang menulis di Kompasiana itu juga begitu!

Kepada yang terhormat para Psikolog dunia, aku sangat berterima kasih karena kalian telah mengeluarkan teori untukku memberikan pendapat tentang itu.

Teori asimilasi dan akulturasi yang telah dikeluarkan oleh salah seorang yang kuberkan terimakasih, sedikitnya menjawab apa yang telah Sokrates dkk lakukan. Secara gamblang, manusia itu suka menciri manusia lain untuk kepentingan diri mereka. Kepentingan yang ada hubungannya dengan eksistensi mereka, baik ekonomi maupun tingkat sosial.

Peniru Kabayan ekonomi, Sokrates mungkin sedikit sosial.

Plato saja sangat kesulitan dalam upayanya mendapatkan teks asli yang dicipta Sokrates. Lalu ia dengan sangat lancang menuliskan dialog atas nama gurunya, Sokrates. Padahal dialog-dialog yang Plato tulis bukan sepenuhnya apa yang keluar dari mulut Sokrates. Karena Sokrates tidak menulis!

Bagi Sokrates tulisan itu tidak penting, mungkin. Atau kalau Sokrates menulis, tulisan itu ia anggap dimanfaatkan bagi sebagian kelompok untuk keuntungan yang sedikit, padahal ia anti terhadap keuntungan yang banyak, apalagi jelas-jelas sedikit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline