Belakangan ini di timeline akun media sosial-ku bersliweran foto-foto jadul. Nuansanya tradisonal banget. Ini terlihat dari suasana alamnya yang masih asri juga printilan alat makan dan menu yang tak kekinian.
Ada wedhang rempah, jajanan jaman dulu serta menu makanan rakyat yang kini jarang ditemukan. Sebagai generasi tahun 90-an pastinya lihat foto seperti itu auto interesting banget dong.
So...jadilah berselancar mencari info. Ternyata yang menawarkan view serba jadul adalah Tomboan Ngawonggo yang ada di Dusun Nanasan, Ngawonggo-Tajinan Kabupaten Malang.
Tanpa menunggu waktu lagi, bersama sahabat Bolang Kompasiana, aku menuju ke daerah di timur Kota Malang. Yuk ikuti kisah perjalanan kami ke Ngawonggo --- yang ternyata memiliki situs bersejarah yang patut dijaga dan dilestarikan. Penasaran nih...
Berkunjung ke Situs Patirtaan Ngawonggo
Menjawab rasa penasaran tentang situs di Ngawonggo, akhirnya aku bareng sahabat Bolang Kompasiana berkunjung ke lokasi tersebut Sabtu (13/2). Jaraknya gak begitu jauh kok dari pusat Kota Malang. Kurang lebih 10 km ditempuh sekitar 3o menitan dengan berkendara roda empat.
Adalah Situs Patirtaan Ngawonggo namanya. Warga setempat secara turun temurun menyebutnya sebagai "reco" yang berada di tengah sawah dan ladang penduduk setempat. Mereka mengenalnya sebagai tempat pengairan di sawah mereka.
Barulah pada bulan April tahun 2017, setelah ada pemuda desa Ngawonggo mengekspos keberadaan reco itu ke media sosial --- Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim datang untuk mengeskavasinya.
Menurut Rohmat Yasin, kini dirinya yang merawat situs secara sukarela bersama warga setempat. Yasin mengatakan berdasarkan penelitian pihak terkait, situs Patirtaan Ngawonggo dibangun pada jaman kekuasaan Kerajaan Medang. Waktu itu yang memimpin adalah Mpu Sindok sekitar abad ke-10
Situs Patirtaan Ngawonggo ini dulunya menjadi tempat kadewaguruan yakni tempat untuk menimba ilmu dan disucikan. Ada 6 titik pemandian suci dengan arca yang sudah tak utuh lagi. Lokasi masing-masing patirtaan itu saling berdekatan Di bagian situs patirtaan terdapat relief yang tampak berlumut dan juga arca yang tak utuh lagi. Seperti disekitar pemandian 1 ada patung Ganesha tanpa kepala dan lingga yoniBahkan menurut warga setempat, di area situs itu ditemukan 9 buah lumpang (alat penumbuk padi) yang konon merupakan peninggalan jaman dulu. Satu buah lumpang diantaranya ada yang berukuran besar dan memiliki keanehan. Yakni bila disentuh seseorang, maka orang tersebut akan merasakan gatal-gatal.
Lumpang-lumpang itu kini diamankan warga setempat agar tidak hilang seperti yang lainnya. Sebab menurut warga yang tak mau disebut namanya, dulu di situs itu terdapat patung Dewi Sri yang kini raib entah kemana.