Lihat ke Halaman Asli

Erny Kusuma

Suka kuliner dan jalan-jalan, kemudian diurai dalam sebuah artikel.

Ber-Macyto-ria Dikawal Gerimis

Diperbarui: 27 Maret 2018   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Minggu yang tak biasanya (25 Maret 2018). Siang sekitar pukul 11 gerimis turun saat saya tiba di Taman Rekreasi Kota (Tarekot)  Malang.  Sahabat-sahabat saya dari Wisata Malang Raya (WMR) tampak bergerombol. Tak jauh dari mereka ada 2 bus Malang City Tour (Macyto) yang siap beroperasi. 

Usai diabsen bergegas saya naik ke bus Macyto yang bertingkat. Saat itu gerimis tipis tapi tak membuat saya enggan menuju bagian atas. Terlihat dibagian bawah ada 30an kursi. Sedang diatas ada belasan kursi dilengkapi dengan savebelt. Ada juga tempat sampah. Tak heran kalau bus yang sudah  beroperasi 2 tahun ini tampak bersih. 

dokumentasi pribadi

Acara yang dikoordinir oleh komunitas WMR, turut pula sahabat dari Komunitas Malang Local Guides dan GenPi (Generasi Pesona Indonesia). Kali ini kami diberi kesempatan keliling kota Malang ber-Macyto-ria atas undangan Pak Agung H Bhuana, Kasie Promo Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Malang.

Saya jadi ingat disuatu kesempatan, Pak Agung pernah mengemukakan keinginannya. Yakni akan menggandeng komunitas yang punya misi dan visi yang sama dibidang pariwisata. Dan saya rasa inilah saatnya 4 komunitas termasuk Bolang  Kompasiana, berbaur untuk saling mengenal dan berinteraksi. Kedepannya,  kami semua dapat bersinergi untuk kemajuan wisata Malang.  

Bus Macyto dan Rutenya

Tepat Jam 11.20 WIB bus bersusun 2 ini perlahan berjalan.  Sekitar 60an orang turut serta dalam perjalanan ceria ini.  Rute awal mengitari alun-alun bundar atau yang lebih dikenal dengan taman depan kantor walikota. Kemudian melewati stasiun Kota Baru menuju Rampal ke arah utara. 

dokumentasi pribadi

Sepanjang perjalanan saya dan sahabat lainnya begitu menikmati alur perjalanan Macyto. Tak jarang gelak tawa mengiringi canda kami. Bahkan banyak orang di bawah sana, melambaikan tangan ke arah kami. Sepertinya ikut merasakan sensasi kebahagiaan yang menyusup siang itu. 

dokumentasi pribadi

Dari Rampal menuju Claket dan Kayutangan yang merupakan area heritage. Sepanjang jalan Jaksa Agung Soeprapto menuju jalan Basuki Rahmat,  ada beberapaa bangunan lama yang masih berdiri kokoh.  Diantaranya sebuah sekolah dengan model bangunan Belanda. Bus terus melaju ke arah selatan dan tiba di alun-alun  Merdeka. Dilanjut melintasi jalan Kawi berbelok ke jalan Ijen. 

Beberapa menit bus Macyto yang berwarna hijau segar berhenti didepan Museum Brawijaya. Museum ini juga termasuk bangunan lawas. Dibangun sekitar tahun 1967. Saya jadi ingat saat libur sekolah dasar ditahun 80-an, saya pernah diajak jalan-jalan mengitari museum yang berlokasi di jalan Ijen itu. 

Nah di jalan Ijen ini setiap minggu pagi  digelar CFD (Car Free Day). Dari ujung jalan Ijen hingga Simpang Balapan tertutup untuk lalu lalang kendaraan. Banyak warga olah raga pagi atau sekedar jalan-jalan tipis. Di CFD ini juga dijadikan tempat bertemunya banyak komunitas untuk saling sharing. Tatanan taman yang asri di sepanjang jalan Ijen juga menambah betah warga untuk menikmati segarnya pagi hari. 

img-20180326-wa0050-5ab914745e13736ef7385d82.jpg

Tak lama bus pun melaju perlahan hingga ujung Ijen,lalu mengitari taman Simpang Balapan dan balik arah ke jl Ijen dan Kawi kembali ke alun-alun.  Kemudian menyusuri jalanan yang cukup padat di Pecinan (Pasar  Besar) dan Kampung  Jodipan.  Sampai di Jembatan Sungai Brantas (Buk Gludhug), saya juga sahabat lainnya cekrak-cekrek atau bernarsis berlatar Kampung tematik. Yakni Kampung Biru, Kampung Warna-warni dan Kampung Tridi.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline