Lihat ke Halaman Asli

Time for Married

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Tidak ada pelabuhan yang dapat menjadi tempat  menyandarkan kegelisahan selain menikah. Mengingkari panggilan hati untuk menikah sama hal nya mengingkari fitrah sebagai manusia”

Menikah memang Indah tapi jalan menuju kesana tak selamanya mudah,banyak akan di jumpai titian yang mengarah berpotensi menimbulkan sekian masalah, Menikah menyatukan dua hati yang berbeda,akan tetapi perbedaan itu akan terasa indah,manakala dalam  pernikahan adanya saling menghormati,mempercayai & menerima pasangan apa adanya,seperti tujuan menikah dalam islam menuju keluarga Yang Sakinah,Mawadah & Warakhmah. Membayangkan terasa indah,begitu indah bagi orang yang belum menikah, semata karena mereka merasakan panas dinginnnya menahan gejolak rasa cinta. Banyak di antara kita yang ber semangat untuk menikah, tetapi lupa menyiapkan bekal yang harus dibawanya setelah menikah. Jika anda sudah merasa gelisah, pada malam-malam yang sepi mencekam tidak ada teman yang mendampingi, inilah saatnya bagi anda untuk menikah. JIka anda sudah mulai tidak tenang saat sendirian, itulah saatnya anda perlu hidup berdua. Jika anda sudah begitu resah/tertarik saat melihat wanita, itulah saatnya anda menguatkan hati untuk datang meminang. Hanya dua Kalimat saja yang perlu anda persiapkan untuk meminang : Alhamdulillah bila diterima dan Allohu akbar bila ditolak.. Membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang tanpa belajar untuk siap menerima kekurangan dari orang yang kelak akan menikah dengannya. Banyak yang membayangkan indahanya kemanjaan Aisyah tanpa dibarengi dengan kesiapan bahwa Aisyah pencemburu berat. Betapa banyak yang mendambakan istri seperti Khadijah, tetapi tidak mau menikah dengan orang yang usianya sedikit saja diatasnya. Kesiapan psikis untuk berumah tangga juga berarti kesiapan untuk menerima kekurangan-kekurangan orang yang menjadi pendampingnya. Banyak keluh yang terucap dan kekesalan yang terlontarkan, ini bukan karena mereka menikah di usia muda, tetapi karena kesiapan psikis mereka yang belum tertata saat memasukinya. Selain kesiapan psikis,bekal ilmu,kemampuan bertanggung jawab,kesiapan menerima anak ,mencari nafkah  dan banyak lagi yang harus di siapkan untuk menuju gerbang pernikahan. Sedikit Contoh: Seorang suami tak harus menuntut istrinya pintar memasak yang sesuai dengan seleranya. Agar mereka siap menerima apa adanya manakala menikah dengan wanita yang  bisa atau pun tidak bisa memasak, Begitu juga impian mempunyai anak laki-laki tidak harus dipaksakan, karena anak perempuan-pun tidak menjadi masalah karena anak pada dasarnya ia member bobot kepada bumi dengan kalimat laa illa ha illaLloh. Kita hendaknya melihat diri kita terlebih dulu, sebelum menetapkan kriteria tentang pendamping hidup yang kita harapkan. Agaknya tidak realistis kita menuntut agar mendapatkan pendamping hidup yang perfect, sementara ilmu diniyyah kita masih kedodoran dan akhlaq pun masih sangat kurang. Memiliki harapan boleh-boleh saja, berharap mendapatkan pendamping yang lebih kokoh agama, akhlaq dan ilmunya sehingga bisa membantu kita untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi di hadapan Allah SWT. Akan tetapi, terdapat perbedaab antara harapan dan penetapan kriteria. Sebuah pernikahan akan lebih mampu menundukkan pandangan mata dan lebih menjaga kemaluaan apabila di dalamnya ditemukan cinta dan kebersamaan. Di sana ada keindahan yang dapat direngkuh bersama-sama, dan pintunya adalah wajah. “Maka, laki-laki yang hendak melamar wanita“:disyariatkan untuk melihat wajahnya. Sebab, jika ia sudah melihat kecantikan dan keindahannya, tentu lebih bisa membuahkan cinta dan kebersamaan di antara keduanya. “(Ibnu Qoyyim al jauziyah) Perasaan cinta naik turun,tidak menentu,tapi selama kita menunaikan kewajiban masing-masing dan menerima hak yang semestinya,maka pernikahan Insya Allah akan menjadi indah dan langgeng ^_^ @gmb dari google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline