Lihat ke Halaman Asli

Nyimas Aminah

Writerpreneur, Financial Planner, Praktisi Asuransi Syariah

Puisi | Pusaka Ayah

Diperbarui: 6 Mei 2020   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayahku yang hebat, selalu berpesan:
Jadilah orang besar
Kalau jadi orang kecil seperti mentimun dengan durian
Di atas kau terluka,
di bawah kau tertusuk
Orang kecil seringkali dianggap salah sekalipun dia benar.

Kata-kata ayah itu dahsyat,
Mendorongku jauh dari kebodohan dan kafakiran
Nasehat Ayah kubawa ke mana pun mengembara

Ayah, beliau adalah raja di istana kami
Tak pandai merangkai kata, namun petuahnya adalah Pusaka
Pelipur lara dan obat di kala luka

Ayah sejak kecil merana
Terkekang dalam rajam derita bertubi-tubi
Takdir bagi ayah lebih kelam dari awan gelap
Tak mampu Ia menatap masa depan apalagi bermimpi hidup kan senang.
Berotak encer hanya berguna saat menghitung hutang
Ayah tak bisa bersekolah tinggi apalagi sampai ke negeri Cina

Ayah merasa hina dan tak berharga
Tubuh kecilnya bertambah kecil
Menangis darah pun percuma
Tidak ada kawan yang bernasib sama

Bersyukur sekarang Ayah boleh senang
Gerilya hidup semasa muda
Mengarak beliau meraih tahta
Tanah membentang sejauh mata memandang,
Rumah dan sawah tak lagi satu.
Dua, tiga, tujuh, sembilan
Sembilan bersaudara kami tak kurang harta ayah jadi warisan
Dia yang tekun berjuang menyisihkan suka di kala berpulang

Ayah telah tiada,
Nisannya jadi tempat kami berucap “Terima kasih Ayah”
Ayah sudah menjadi seorang yang tangguh agar kami pantang mengeluh
Ayah telah menarik kami menapak ke puncak yang tinggi
Dari atas kami jadi tahu, betapa indahnya dunia dituju

Jadilah orang besar Nak!
Agar kau tak merasa pedihnya diinjak

Bandung, 1 April 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline