Lihat ke Halaman Asli

Teori Empati Martin Hoffman: Dasar Perkembangan Moral Manusia

Diperbarui: 17 Januari 2025   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Empati Martin Hoffman: Dasar Perkembangan Moral Manusi

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, yang berperan penting dalam hubungan sosial dan perkembangan moral manusia. Salah satu teori empati yang paling dikenal dikembangkan oleh Martin Hoffman, seorang psikolog perkembangan. Hoffman memandang empati sebagai dasar penting dari perilaku prososial, seperti menolong, berbagi, dan peduli terhadap kesejahteraan orang lain. Artikel ini akan membahas teori empati menurut Martin Hoffman, tahap-tahap perkembangan empati, dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Empati Menurut Martin Hoffman
Hoffman mendefinisikan empati sebagai respons afektif yang muncul karena memahami atau merasakan pengalaman emosional orang lain. Menurut Hoffman, empati adalah komponen penting dari perkembangan moral karena memungkinkan individu untuk peduli dan bertindak demi kebaikan orang lain.

Empati tidak bersifat bawaan sepenuhnya, tetapi berkembang seiring bertambahnya usia dan dipengaruhi oleh interaksi sosial, pengalaman, serta lingkungan.

Tahap-Tahap Perkembangan Empati Menurut Hoffman
Martin Hoffman mengidentifikasi empat tahap perkembangan empati yang terjadi sejak masa bayi hingga dewasa. Tahapan ini menunjukkan bagaimana empati berkembang secara bertahap dari respons emosional sederhana menjadi pemahaman yang kompleks tentang perasaan orang lain:

1.Empati Global (0--1 Tahun)

Pada tahap ini, bayi merasakan emosi orang lain tanpa membedakan antara emosi dirinya dan emosi orang lain. Misalnya, bayi mungkin menangis ketika mendengar bayi lain menangis, tanpa memahami bahwa emosi tersebut berasal dari orang lain.

2.Empati Egosen-tris (1--2 Tahun)

Anak mulai menyadari bahwa emosi orang lain berbeda dari emosi mereka sendiri. Namun, respons empati mereka masih bersifat egosentris, yaitu mereka cenderung memberikan respons berdasarkan apa yang mereka anggap menenangkan. Misalnya, seorang anak memberikan bonekanya kepada teman yang menangis karena berpikir itu akan membantu.

3.Empati untuk Perasaan Orang Lain (2--9 Tahun)

Pada tahap ini, anak mulai mampu memahami dan merasakan emosi orang lain secara lebih akurat. Mereka mulai menyadari bahwa orang lain memiliki perasaan yang mungkin berbeda dari mereka, dan respons mereka menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan emosional orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline