Lihat ke Halaman Asli

Teori Psikososial Erick Erickson

Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Erikson berpendapat bahwa kepribadian berkembang dalam urutan yang telah ditentukan melalui delapan tahap perkembangan psikososial, dari masa bayi hingga dewasa. Selama setiap tahap, seseorang mengalami krisis psikososial yang dapat memengaruhi perkembangan kepribadian secara positif atau negatif.
Bagi Erikson (1958, 1963), krisis-krisis ini bersifat psikososial karena melibatkan kebutuhan psikologis individu (yaitu psiko) yang bertentangan dengan kebutuhan masyarakat (yaitu sosial).

Menurut teori tersebut, penyelesaian yang berhasil dari setiap tahap akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan perolehan nilai-nilai dasar. Nilai-nilai dasar adalah kekuatan karakteristik yang dapat digunakan ego untuk menyelesaikan krisis berikutnya.

Kegagalan menyelesaikan satu tahap dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menyelesaikan tahap selanjutnya dan, oleh karena itu, kepribadian dan rasa percaya diri yang lebih tidak sehat. Namun, tahap-tahap ini dapat diatasi dengan sukses di kemudian hari.

Teori Erikson menguraikan 8 tahap perkembangan psikososial dari masa bayi hingga dewasa akhir. Pada setiap tahap, individu menghadapi konflik antara dua keadaan yang berlawanan yang membentuk kepribadian. Penyelesaian konflik yang berhasil menghasilkan nilai-nilai seperti harapan, kemauan, tujuan, dan integritas. Kegagalan menghasilkan hasil seperti ketidakpercayaan, rasa bersalah, kebingungan peran, dan keputusasaan.

Tahapan - tahapan perkembangan:

1. Trust vs Mistrust (0-18 Bulan)

Pada tahapan ini, seorang anak belajar untuk mempercayai caregivers mereka. Anak bergantung sepenuhnya kepada caregivers untuk keperluan makan, minum, tampat tinggal, dan kasih sayang (trust). Pada tahapan ini, seorang anak juga develop mistrust, yaitu contohnya ketika anak menangis, tetapi caregivers tidak ada disana untuk menenagkan. Atau ketika caregivers kelupaan untuk memberikan makanan kepada anak. Keadaan dimana keperluan anak tidak terpenuhi dan menghasilkan mistrust ini juga merupakan sesuatu yang penting untuk perkembangan anak. Mistrust menjadi salah satu konflik yang harus dihadapi anak pada tahap perkembangan ini. Sedikit mistrust memang baik, tetapi bila caregivers secara konsisten tidak bisa diandalkan dan terus-menerus tidak bisa dipercaya, maka anak akan tumbuh menjadi seseorang yang yang melihat dunia dengan anxiety, ketakutan, dan mistrust.

2. Autonomy vs Shame and Doubt (18 Bulan -- 3 Tahun)

Pada tahapan ini, seorang anak sudah memiliki autonomy dan independence. Anak sudah mulai memiliki makanan favorit dan mereka sudah memiliki preference terhadap suatu hal. Pada tahapan ini, penting untuk orang tua untuk memberikan pilihan dan autonomy kepada anak mereka. Contohnya, seperti memberikan kepada anak pilihan 2 jenis pakaian yang mau dikenakan di pagi hari. Pada tahapan ini, seorang anak juga sudah siap untuk melakukan toilet training.

3. Initiative vs Guilt (3-5 Tahun)

Pada tahpan ini, seorang anak mulai mengambil inisiatif dan mengontrol apa yang terjadi ketika bermain dengan teman-temannya. Anak akan mulai terus menerus menanyakan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bahkan kita tidak tahu jawabannya. Bila pada tahapan ini orang tua membatasi anak mengambil inisiatif(controlling), maka anak akan bertumbuh menjadi seorang yang tanpa ambisi, tidak inisiatif, dan selalu merasa bersalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline