Lihat ke Halaman Asli

Nyi Ai Tita

Guru suasta

Shaumku Masa Pandemi

Diperbarui: 27 April 2021   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhanku Masa Pandemi

Keluarga kecilku lengkap
Ramadhan masa pandemi  2020 keluarga kecilku lengkap mulai dari suami, putra putriku ada di rumah. Setiap buka dan sahur selalu kumplit.

Suamiku tidak bisa pergi kemana-mana yang biasanya pergi membersamai ibu di Tasik untuk sementara ditunda. Karena pada waktu itu diberlakukannya PSBB (Pembatasan Berskala Besar) yang sangat ketat.

PSBB yang sangat ketat di tahun 2020 sampai suami istri tidak boleh berboncengan naik kendaraan roda dua. Begitu juga yang mengendarai roda empat harus berjarak ketika duduk dalam mobil, suami istri tidak boleh duduk berdampingan. Apalagi dalam mobil itu berisi lebih dari dua orang itu tidak diperkenankan.

PSBB ini bertujuan salah satunya, untuk memutus rantai penyebaran covid-19 atau virus korona. Bahlkan ada anjuran kita tidak boleh keluar rumah kecuali darurat, seperti ingin belanja untuk keperluan dapur.

Apabila kita hendak ke tempat kerja, karena sesuatu yang urgen masih bisa dilakukan. Tentu dengan catatan menggunakan protocol kesehatan yang ketat dalam berkendaraan.

Protocol kesehatan dalam berkendaraan roda dua contohnya. Waktu pagi pukul 07.00 WIB petugas patrol PSBB belum mulai beraksi. Saya lancar sampai ke sekolah.    

Sepulang dari sekolah sekitar pukul 11.00 WIB di jalan Bundaran Cibiru ramai sekali kendaraan antri sampai macet. Saya merasa kaget dan sedikit gemeteran, dan timbul pertanyaan ada apa gerangan? Kebetulan waktu itu, lagi shaum bulan Ramadhan. Saya terus aja mengantri setelah agak dekat baru tahu ada razia PSBB.

Saya termasuk kena razia dan harus putar balik tidak boleh melanjutkan perjalanan menuju pulang. Kesalahannya hanya satu yaitu saya tidak memakai sarung tangan sebagai pengendara motor.

Akhirnya saya puter balik. Mengambil arah pulang lewat melipir jalan perumahan. Ketika mau masuk perumahan ingat, bahwa di tas sebetulnya ada sarung tangan tapi tidak dipakai. Akhirnya berhenti dulu di tempat yang aman untuk mengambil sarung tangan di tas.

Beres menggunakan sarung tangan, meneruskan perjalan pulang lewat belakang. Walau sudah menggunakan sarung tangan tetap tidak berani kembali lewat jalan raya. Ada perasaan takut aja. Alhamdulillah lewat belakang lancar sampailah ke rumah dengan selamat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline