Lihat ke Halaman Asli

Nyayu Fatimah Zahroh

TERVERIFIKASI

Everything starts from my eyes

Kebun Propinsi; Potensi Wisata dan Edukasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Selama kurang dari sebulan ini, saya sangat menikmati bekerja di kawasan Puspiptek, Serpong. Yang saya senangi bukannya karena sudah menikmati pekerjaan (bukan berarti tak menikmati pekerjaannya), tetapi lingkungan kantor yang hijau. Saat memasuki kawasan Puspiptek, mata kita akn disuguhkan dengan pemandangan yang serba hijau dari tumbuh-tumbuhan. Sehingga kalau mau berjalan kaki di bawah terik matahari di siang bolong, kita tak perlu khawatir karena kanopi-kanopi tanaman pinggir jalan akan melindungi kita dari radiasi matahari langsung dan memberi asupan oksigen bagi paru-paru kita. Hal ini berbanding terbalik dengan lingkungan di luar kawasan puspiptek yang berdebu, polusi udara dari truk-truk besar, dan lingkungan yang gersang. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Jogging Track di Kebun Propinsi (Dok. Pribadi)"][/caption]

Belum banyak wilayah yang sudah saya singgahi di sini karena saking luasnya dan tak ada waktu untuk berkelilng. Namun, setiap hari jumat kami dibebaskan untuk mengisi waktu dengan berolah raga. Bebas. Terserah kita mau berolahraga apa saja. Ada yang memilih aerobik, sepedaan berkeliling kawasan puspiptek, olahraga pernapasan sinar putih, badminton, tenis meja, jogging, atau hanya sekedar jalan-jalan. Hal tersebut juga untuk mendukung kesehatan para pegawai BPPT, agar tetap sehat dan bugar saat menjalani aktivitas sehari-hari. Ngga gampang terkena penyakit. Jumat pagi ini, saya berniat hanya berolah raga JJS, jalan-jalan santai. Dari gedung Geostech, saya berjalan menuju gedung managemen BPPT, setelah melewati deretan tumbuhan bergenus Bambusa kemudian belok kiri, berjalan kaki di jogging track yang memiliki dua lajur. Sepanjang mata memandang, rumput pahitan menghiasi tanaman-tanaman yang ada di kebun tersebut. Namun, ada yang membuat saya menarik, di sana ada seperti pondokan atau saung kecil berpanggung, terbuat dari besi, namun sudah tak layak pakai. Di depan pondokan tersebut ada batu yang bertuliskan "Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa KEBUN PROPINSI JAWA TENGAH Diresmikan oleh Gubernur H. MARDIYANTO Serpong, 11 Agustus 2004" Tak jauh dari sana, ada lagi pondokan, namun tak berpanggung, dengan atap yang sudah berlumut, ada bangku-bangku usang di sisi kanan dan kirinya. Sama seperti pondokan sebelumnya, di depannya ada sebuah batu dengan tulisan "Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa KEBUN PROPINSI JAWA TIMUR Diresmikan oleh Gubernur H. IMAMITOMO S Serpong, 11 Agustus 2004". Lalu saya bertanya kepada teman saya yang menemani JJS saat itu. "Ini kebun apa? kok banyak pondokan?" "Ini namanya Kebun Propinsi" "Terus, maksudnya, pondokan itu rumah adat Propinsi? Jadi kayak taman mini dong. Tapi kok ngga kerawat ya? Sayang banget"

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Rumah Adat Mini di Kebun Propinsi yang kondisinya tidak terawat (Dok. Pri)"][/caption] Mungkin pada awal-awal dibuatnya pada tahun 2004, kebun propinsi ini masih bagus dan terawat namun sekarang, tak tahu kenapa bentuk bangunan sudah tak karuan, banyak yang sudah rapuh dan runtuh, bahkan beberapa kebun propinsi tak ada miniatur rumah adatnya seperti propinsi Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau. Tanaman-tanaman yang tumbuh sepanjang perjalanan sebenarnya menimbulkan rasa keingintahuan saya akan nama masing-masing pohon. "Ini pohon apa ya?". Saya sempat bertanya mengapa tanaman ini tidak diberi nama di setiap batangnya seperti yang ada di Kebun Raya, agar kita pun dapat mengetahui nama tanaman tersebut. Seperti yang dijelaskan di website Puspiptek, tanaman yang ada di setiap kebun propinsi adalah tanaman khas dan menjadi identitas diri dari propinsi tersebut. Yang pada awalnya bertujuan sebagai taman edukasi dengan mengenalkan dan melestarikan tanaman-tanaman khas dari setiap propinsi, seolah-olah seperti nasi tanpa lauk yang terasa hambar tanpa keterangan identitas tanaman-tanaman tersebut. [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Aturan masuknya sudah bagus (Dok. Pri)"][/caption] Kebun propinsi ini, memiliki potensi besar dalam dunia edukasi dan pariwisata. Padahal, peraturan memasuki kebun mini ini sudah oke. Saya tak tahu siapa yang bertanggung jawab dalam pengurusan kebun propinsi ini, ataukah Puspiptek, Pemda, atau pemerintah pusat, yang jelas (walaupun gratis masuknya) harus ada perawatan seperti rumah-rumah adat mini dan tanaman-tanaman khas propinsi agar dapat menjadi taman edukasi baik bagi anak-anak sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Kalau terawat, kebun ini juga bisa memiliki manfaat dalam konservasi sumberdaya genetika dan bidang rekayasa genetik yang dapat bermanfaat bagi pembangunan nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline