[caption id="attachment_341237" align="aligncenter" width="642" caption="http://naynakalila.info/"][/caption]
Jangan Mengorek Telinga Pakai Cotton Bud
Lah...? Kok ngga boleh bersihin telinga? Kan kotor?
Saya punya pengalaman tentang telinga. Pada tahun 2009 saat baru masuk kuliah, saya merasa telinga seperti tertutup. Kondisinya masih kadang-kadang. Makin hari kejadiannya semakin parah. Saat tidur di asrama, kalau tidur miring ke sebelah kiri maka telinga pun seperti tidak mendengar sebelah walaupun posisi tidur sudah beralih. Rasanya tuh seperti sedang kemasukan air habis berenang. Pokonya ngga enak deh. Lalu saya tahan napas dan memberikan udara dari dalam mulut ke telinga. Beberapa kali sempat berhasil menghilangkan pengap di telinga tersebut, namun lama kelamaan sudah tidak bisa di plong-in lagi.
Mama ku bilang, coba masukin air lagi (diagnosa Mama karena termasukan oleh air) supaya air yang di dalam telinga ikut terbawa oleh air yang dimasukan tadi. Ternyata percobaan gagal. Percobaan kedua adalah dengan menggunakan cotton bud. Yaa,, kalau memang itu air,, maka akan terserap ke kapasnya. Ternyata tidak. Dan kotoran yang terambil pun hanya sedikit. Mama ku mencoba meyakinkan kalau beberapa hari lagi akan sembuh dengan sendirinya.
Beberapa hari kemudian...
Ternyata belum sembuh-sembuh juga. Rasanya sungguh tidak enak. Akhirnya Mama membawaku ke puskesmas. Biar gratis karena masih ditanggung Askes. Dokter di puskesmas menyatakan bahwa kotoran telinga menumpuk di dalam dan menyumbat telinga. Dokter pun menyarankan agar tidak menggunakan cotton bud karena dialah penyebabnya. Cotton bud akan membuat kotoran dalam telinga justru terdorong ke dalam. Lama-kelamaan akan menyumbat telinga. Dokter umum itu pun membuat surat rujukan ke rumah sakit ke bagian spesialis THT untuk disedot (pakai alat khusus bukan pakai sedotan) kotorannya.
Langsunglah tancap gas ke RS PMI Bogor. Saat masuk ruang dokter, ngga ada rasa takut sih soalnya ingin buru-buru diambil tuh si kotoran mengganggu. Apalagi dokternya Bapak-bapak ganteng kayak Matt Damon. Huih... Dibersihinnya pake alat penyedot (ngga tau namanya apa). Hanya beberapa menit saja,, langsung plong deh telinga. Bahkan rasanya bisa mendengar sampai radius 100 meter. Hehe. Dokter itu pun menyinggung soal membersihkan telinga. Sama seperti dokter di puskesmas.
“Jangan pakai Cotton bud ya. Malu kan kalau lagi ngobrol trus ngga kedengeran. Kalau kamu tetap kayak gitu, paling 8 bulan lagi pasti balik lagi kesini” kata dokter ganteng. Saya Cuma ngangguk-ngagguk terpesona. Hehe.
Enam bulan kemudian saya balik lagi ke dokter THT karena telinga kanan saya mengalami hal yang sama. Harusnya sekalian aja ya minta dibersihin yang kanan. Kali ini dokternya bukan dokter ganteng, tapi cukup ramah. Kembali lagi dinasehatin jangan pakai cotton bud. Ada tambahan lagi, dokter tersebut menyarankan agar mengunyah makanan lebih lama, dua puluh kali sisi kanan dan kiri.
[caption id="attachment_341238" align="aligncenter" width="480" caption="yang saya bilang congkelan itu ini (pasanganjerindo.com)"]
[/caption]
Setelah dari dokter THT dua kali berturut-turut dalam setahun, saya benar benar menjaga kebersihan telinga. Awalnya pakai pembersih telinga yang mirip “congkelan” itu. Hati-hati saat menggunakannya karena ukuran diameternya yang lebih kecil dari cotton bud. Berbahaya juga sih soalnya saya pernah terluka bagian dinding telinga saya gara-gara congkelan. Waktu kecil, mama sering membersihkan telingaku dengan itu. Tapi ternyata, setelah baca-baca, kita sebenarnya tidak perlu menggunakan pembersih telinga. Dengan alami, kotoran akan keluar sedikit demi sedikit. Itulah fungsinya wudhu saat membersihkan daun telinga untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang keluar dari dalam telinga.
Saat dokter mengatakan lebih lama mengunyah juga ada fungsinya. Gerakan rahang saat mengunyah akan memberikan motion pada kotoran telinga untuk bergerak ke arah daun telinga. Kemudian daun telinga pun akan bersih saat wudhu minimal lima kali sehari. Mengunyah lama juga baik untuk kesehatan lambung dan mulut. Lambung tidak akan berat bekerja dan cepat memproses makanan. Kalori yang terserap pun lebih sedikit. Sama saja seperti diet bukan? Penelitian juga menunjukkan kalau mengunyah makanan lebih lama akan membuat gigi lebih kuat dan bersih. Hal tersebut karena produksi saliva atau air liur lebih banyak ketika mengunyah lebih lama. Air liur sendiri mengandung zat-zat yang dapat melindungi email gigi dan mencegah kerusakan gigi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H