Oleh Sonny D Wib, No.
Waktu yang begitu pelan mengayun kemarin sekarang berjalan begitu cepat. Secepat purnama merah beberapa bulan lalu yang hanya satu jam tampil di langit kelam, setelah itu kabut gelap menutupnya. Secepat membalik lembar-lembar buku saku untuk mengigat kembali siapa namamu. ketika kau menanyakan, “Siapa namaku?”. Seharusnya kau tahu bahwa aku pelupa, bukankah aku sudah mengatakan itu beberapa kali.
“Kamu lambat ” kata ketusmu
“Tapi aku mencobanya kan?”
“Percuma, kamu tetap lambat!”
“Ok, terserah, selanjutnya?”
“Hahaha” Ketawa hantu.
Perihal menjadi tuli juga sudah menjadi kebiasanku, dengan memasukan semua suara dan mengaduknya bersama angin, maka terakhir aku melapas semua bersama kentut. Sudah menjadi giliranmu untuk menikmati aromanya.
“Lambat, lambat, lambat hari ini kau terlambat lagi. Untuk hadir 15 menit lebih awal dari waktu dijanjikan sepertinya mimpi buatmu.”
“Tapi tetap datangkan?”
“iya.., tapi lambat”
“ya, ya, ya, terus bagaimana?”
“yah sudah, ayoh buruan, pergi sekarang”
Hari ini berjaalan lagi, berputar-putar, duduk menunggu dan berakhir seperti biasa, semua berjalan cepat. Tidak terasa. Kubuka kembali buku saku kecilku dan manambahkan satu garis baru. tanpah sadar buku kecil itu ku lempar keras kesudut dinding, tidak mempedulikanya lagi.
“Tuhkan hari ini telat lagi?” Kata pertama bernada marah
“Aku ingin putus, Impianku saat ini aku ingin putus dengan mu”
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community