Lihat ke Halaman Asli

Sama

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Klimaks, ketika hati terbang
Mulai melejit ke atas
Mengembang dengan indah
Namun sebuah panah, terlontar dan menancap
Kelimpungan menanggapi darah yang bercucuran
Rupanya angin tak hanya menatap takjub
Dia menggiring sepasang tangan
Tangan yang mulai memberi perban
Menahan dan menghibur sang sakit
Perlakuan istimewa, menurutmu?
Semua argumen meng-iya-kan
Benar keajaiban, luka si hati tak lagi berbekas
Memar biru menghilang sekejap
Dia meloncat, berteriak penuh tawa
Satu, dua, tiga . . .
Clak,clak,clak . . .
Darah kembali mengalir
Pemandangan itu benar-benar menjadi atensi
Angin yang sama, tangan yang sama
Semua SAMA!
Sesak, penat mulai menghinggapi
Ternyata, ternyata, ternyata . . .
Tak ingin menarik hipotesis, tapi semua melintas begitu saja
Dia berlaku SAMA untuk setiap hati!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline