Lihat ke Halaman Asli

Refleksi atas Kasus Pemecatan Guru Honorer di SDN Cibeureum 1, Kota Bogor

Diperbarui: 14 September 2023   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Salah satu pilar esensi pendidikan utama adalah menjunjung tinggi keadilan dalam masyarakat. Ia bukan sekadar proses tranformasi pengetahuan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, tetapi juga menjadi fondasi untuk pembangunan sosial yang rata dan adil. Kasus pemecatan guru honorer, Mohamad Reza Ernanda, atau yang akrab disapa Pak Reza, di SDN Cibeureum 1, Kota Bogor, merupakan peristiwa yang telah menggugah kita untuk melakukan refleksi yang mendalam tentang hubungan antara pendidikan, keadilan, dan keberanian.

Pendidikan adalah penopang utama dalam pembentukan masyarakat yang adil. Ia memberikan akses ke pengetahuan, keterampilan, dan peluang yang dapat membuka pintu menuju kemajuan bagi individu. Namun, ketika praktik pungutan liar atau pungli merasuki dunia pendidikan, fondasi keadilan di dalamnya mulai goyah. Kasus ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang integritas pendidikan. Bagaimana bisa, pendidikan menjadi alat perubahan sosial yang merata apabila dalam prosesnya masih ada hambatan yang mencederai prinsip-prinsip keadilan? Bagaimana kita dapat memastikan bahwa setiap individu mempunyai akses yang adil dan setara ke pendidikan tatkala hambatan-hambatan semacam ini masih bertebaran?

Pak Reza adalah sosok yang mencerminkan esensi keberanian dalam menghadapi ketidakadilan. Tindakannya untuk membongkar praktik pungutan liar merupakan bukti nyata dari keberanian individu dalam melawan ketidakadilan sistemik. Dalam situasi ini, dapat kita ajukan pertanyaan tentang peran individu dalam menciptakan perubahan positif di dalam masyarakat. Apakah aksi individu adalah bentuk perlawanan yang sah terhadap ketidakadilan? Bagaimana keberanian individu dapat membentuk dan memengaruhi arah perubahan sosial yang lebih besar?

Ada penekanan penting dalam kasus Pak Reza yaitu tanggung jawab kepemimpinan di dalam institusi pendidikan. Yang mana kepemimpinan yang didasari oleh kejujuran serta keadilan menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang berkualitas. Ketika oknum kepala sekolah dinyatakan bersalah karena tindakan pungli, menjadi contoh nyata. Perlu disadari, bahwa setiap kepemimpinan ada pertanggungjawabannya. Makanya, setiap pemimpin wajib menjaga prinsip-prinsip kepemimpinan yang berlaku.

Respon positif, baik dari orang tua maupun masyarakat atas kasus Pak Reza dapat menjadi cerminan pendidikan yang baik dan terbebas dari berbagai macam praktik yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, dan ini mengingatkan bahwa pendidikan yang baik bukanlah tanggung jawab individu tertentu, namun menjadi tanggung jawab bersama dalam mewujudkannya. Dan peranan masyarakat dalam kasus Pak Reza menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai andil besar dalam membentuk serta mendukung sistem pendidikan yang bermutu serta berkualitas.

Kasus Pak Reza menjadi refleksi bersama terhadap nilai-nilai yang mendasari pendidikan di masyarakat. Oleh karena itu, etika, moralitas dan kepemimpinan yang baik merupakan tanggung jawab bersama dalam menciptakan pendidikan yang  berkualitas. Semoga segala permasalahan yang timbul dari peristiwa serupa menjadi pembelajaran untuk masa yang akan datang, dan menjadi sumber inspirasi bagi dunia pendidikan dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline