Lihat ke Halaman Asli

Nur Dini

Find me on instagram or shopee @nvrdini

Pelecehan Seksual pada Anak, Salah Siapa?

Diperbarui: 9 Agustus 2019   11:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hallo,
Pelecehan seksual pada anak diartikan sebagai suatu bentuk penyiksaan anak dimana orang dewasa menggunakan anak untuk rangsangan seksual (Wikipedia.org).  Pelaku lebih umum merupakan keluarga atau kenalan korban daripada orang asing.  Membahas tentang pelecehan seksual pada anak, saya pernah mendengar cerita kejadian ini menimpa kenalan saya, sebut saja A.  

Ibu  A ini memiliki anak perempuan ,saat itu masih SD, yang suka menumpang menonton TV di rumah tetangganya.  Pada siang hari, rumah tetangga A ini sepi dan hanya ada satu orang bapak-bapak.  Suatu hari, anak A, sebut saja Aster, bercerita pada A tentang yang dia alami selama nonton TV.  

A hanya menyarankan pada Aster untuk menonton TV di rumah tetangga lain.  A tidak langsung melapor ke polisi atau ke RT, dia hanya berusaha menghindari kejadian itu dengan meminta anaknya pindah tempat nonton TV.

Aster sempat menuruti permintaan A untuk menumpang nonton TV di rumah tetangga lain.  Tapi Aster dipanggil oleh pelaku dan diberi iming-iming uang atau jajanan.  Karena kejadian itu berulang beberapa kali, A jadi gelisah dan bingung.  Akhirnya dia bercerita pada beberapa tetangga dengan harapan akan ada yang membantunya.  

Benar saja, akhirnya ketua RT A melaporkan hal ini ke polisi.  Aster mendapat penanganan trauma pasca kejadian, pelaku dinyatakan bersalah dan dipenjara selama beberapa tahun, tapi sekarang sudah bebas.

Kejadian serupa juga menimpa kenalan saya, B.  Pada B kasus ini jadi lebih menakutkan karena pelaku dan korban masih di bawah umur.  Merinding saya kalau ingat cerita itu.  Jadi B ini masih muda, umurnya tidak jauh beda dengan saya.  

B saat itu baru memiliki satu anak perempuan.  Anak B, sebut saja Melati, memiliki saudara sepupu laki-laki yang usianya sekitar 3-4 tahun lebih tua.  Dengan saudara sepupunya, Melati tumbuh bersama, main, makan, dan jalan-jalan bersama.  

Melati bermain dengan teman dan sepupunya seperti biasa.  Tapi tiba-tiba Melati lari dan mengadu ke neneknya kalau sepupunya nakal.  Dari cerita Melati pada neneknya, diduga melati telah diperkosa oleh sepupunya yang masih SD.  

Nenek Melati makin panik saat menemukan bekas darah di celana Melati.  Mungkin karena gugup dan takut, nenek Melati malah mencuci pakaian Melati dan menggantinya dengan yang baru.  Hal itu menjadikan terhapusnya barang bukti.  Setelah melaporkan kejadian ini ke polsek, Melati dan sepupunya seingat saya sama-sama mendapat terapi dan konseling.

Ada yang berbeda pada kasus yang menimpa Aster dan Melati.  A sebagai ibu yang sudah lebih dewasa, seumuran ibu saya, mendandani anaknya dengan "normal".  Maksud saya kemana-mana anak itu pakai baju normal dan utuh.  Umumnya anak menggunakan kaos lengan pendek, celana selutut, ya Aster begitu.  Apa yang terjadi pada Aster menurut saya karena tetangganya saja yang memang punya niat buruk.  

Saya tidak bisa menyalahkan Aster yang ingin nonton TV, tapi di rumah tidak punya.  Saya tidak bisa menyalahkan apa yang dialami keluarga A. Keluarga itu kaya atau miskin, punya TV atau tidak, bukan hal yang bisa dipersalahkan.  Tapi saya bisa agak menyalahkan B.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline