Organisasi beraktivitas dari masa ke masa selalu dipengaruhi oleh perubahan lingkungannya. Budaya organisasi yang sudah tidak relevan lagi terhadap konteks zamannya dapat menyebabkan melemahnya daya tahan dan daya saing organisasi.
Hal ini juga menimpa bahkan pada suatu organisasi yang tadinya diakui telah memiliki budaya yang sangat sempurna di suatu masa, tetapi dengan terjadinya perubahan lingkungan yang revolusioner, maka yang terjadi pada budaya organisasi dapat berbalik keadaannya bila tidak direspon secara cepat dan tepat.
Oleh karena itu pada organisasi yang sehat akan merespon terhadap gejala perubahan yang membuat organisasi mereka menjadi tidak relevan lagi pada masa itu dengan mengubah strategi dan budaya organisasinya dengan yang baru.
Organisasi yang mengalami kemunduran atau kelumpuhan ketika menghadapi perubahan yang cepat dan tak terduga kemunculannya seperti inilah yang menjadi salah satu indikator kuat perlunya dilakukan perubahan yang mendasar termasuklah di dalamnya perubahan terhadap budaya organisasinya.
Baca juga: Budaya Organisasi Melahirkan Budaya Kreatif
Perubahan di atas dipicu oleh beragam penyebab, seperti: kompetisi, loncatan teknologi, politik, peralihan karakteristik demografi, dan perbaikan ekonomi serta mutu pendidikan. Artinya, organisasi dapat saja menampilkan banyak wajah dan tentu menjadi semakin kompleks, organisasi merupakan pelaku dari kekuatan eksternal untuk mengontrol perubahan yang dibutuhkan.
Apabila organisasi ingin tetap ada dan tidak digilas oleh roda perubahan zaman, maka setiap organisasi harus bisa menciptakan budaya baru agar mampu bertahan dan berkembang. Berubah atau punah adalah semboyannya.
Beberapa indikator lainnya yang mengisyaratkan perlunya dilakukan perubahan terhadap budaya organisasi yang lemah:
1. Banyaknya problem internal yang muncul karena pemecahan terhadap masalah-masalah dalam organisasi tersebut hanya seperti pemadam kebakaran, yaitu baru bertindak apabila masalah sudah timbul.
Seharusnya organisasi dapat mengantisipasi setiap masalah yang berpotensi muncul dan bakal dihadapi organisasi dengan menerapkan langkah-langkah dalam manajemen strategis; yaitu menganalisis lingkungan internal dan eksternal, menetapkan visi dan misi, menentukan tujuan, membuat kebijakan, menyusun program, membuat standar operasional prosedur, menyusun anggaran, hingga menghasilkan kinerja organisasi yang tinggi.
Dengan demikian organisasi tidak terhalang untuk memfokuskan diri pada peningkatan pelayanan kepada para pelanggan, karena sudah dapat menangani ketidakdisiplinan, semangat kerja yang rendah, kekurangmampuan dalam melaksanakan tugas dari para personil, dan persoalan-persoalan internal lainnya.
2. Terjadinya konflik-konflik internal pada saat membuat tujuan karena manajer dan penyusun strategi harus mencapai kemajuan, seperti apakah menekankan pada keuntungan jangka pendek atau pertumbuhan jangka panjang, pertumbuhan atau stabilitas, risiko tinggi atau risiko rendah, tanggung jawab sosial atau optimalisasi keuntungan finansial. Konflik tidak dapat dihindari dalam organisasi, sehingga kesalahan dalam pengelolaan dan penyelesaiannya menyebabkan disfungsional yang akan menurunkan kinerja organisasi.