Lihat ke Halaman Asli

Mas Nuz

Penulis biasa.

Fiksi Ramadan | Fitri yang Kau Rindukan

Diperbarui: 23 Mei 2019   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua menunggu kepastian itu. (dok. pribadi)

Masih saja aku pandangi kursi itu. Duduk di atasnya. Perempuan tua nan cantik. Berkebaya putih. Mengenakan jarik motif parang rusak. Kesukaan beliau.

Di usia yang ke-78 tahun. Tak banyak keriput menghiasi wajahnya. Selalu saja senyum tipis menghias. Membalas sapaan siapa saja. Yang melintas di depan rumah. Seperti pagi ini.

"Ibu...," mulutku lirih berucap. Mataku tajam menatap.

"Ibu...," sekali lagi aku sebut.

Wajah pualam itu hanya terdiam. Melempar senyum terindahnya. Seperti pagi kemarin. Dan kemarinnya.

----------

"Kapan mas dan mbakmu datang Win?"

"Kurang tahu ya. Nyuwun ngapunten, Ibu kangen? Biar saya telepon ya."

"Nggak usah! Jangan! Mungkin mereka sibuk." Ada nada kekhawatiran saat saya lemparkan tawaran itu. Ibu yang tak mau merepotkan anak-anaknya. Ibu yang begitu paham. Bahwa jelang idul Fitri seperti ini, semua anaknya pasti sibuk. Mungkin hanya saya saja yang tidak sibuk.

Entah pertanyaan seperti ini sudah berapa kali aku lontarkan. Berapa kali pula ibu menjawab: jangan!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline