Lihat ke Halaman Asli

Mas Nuz

Penulis biasa.

Memelihara Tradisi Kajian Ilmu di Bulan Ramadan

Diperbarui: 9 Mei 2019   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Al-Muqorrobin memelihara tradisi kajian ilmu di bulan Ramadan. (dok. pribadi)

Ramadan bulan penuh berkah. Bulan penuh ampunan. Meraih berkah lewat ilmu. Meraih ampunan lewat amal-amal saleh. Kesalehan yang kita harapkan tetap melekat. Selepas bulan Ramadan tentu saja.

Betapa banyak waktu tersia. Saat kita benar-benar menghitung. Perjalanan waktu sejak kita bangun tidur. Hingga kita kembali ke peraduan. Utamanya padahal bulan yang mulia ini.

Berapa menit. Berapa jam. Waktu yang benar-benar kita pertaruhkan untuk mencari ridhoNya. Menjaga zikir lisan, zikir pikir, zikir hati, serta zikir laku kepada Allah Ta'ala. Sehingga kita benar-benar siap. Kapanpun nyawa dipisahkan dari tubuh.

Ust. H. Karmadji saat menyampaikan kuliah ba'da shalat tarawih. (dok. rpibadi)

Sebagaimana kajian bada shalat qiyamul lail (tarawih) malam ini. Ust. H. Karmadji (Ponpes eLKISI Punggin Mojokerto) menyampaikan bahwa tadarus Al-Qur'an. Maupun kajian-kajian sunnah. Merupakan bagian tak terpisahkan dari amalan-amalan baik di bulan Ramadan. Sebagaimana Rasulullah, para sahabat, serta ulama penerusnya mengajarkan. Sehingga di zaman Rasulullah momen bulan Ramadan dijadikan momen konsolidasi. Bahkan beberapa perang besar kaum muslimin berada di bulan mulia ini.

Oleh karena itu, tradisi kajian rutin Ramadan yang sudah berjalan baik di Masjid Al-Muqorrobin. Hendaknya tetap dijaga sampai kapanpun. Membuat istikomah satu kegiatan yang telah berjalan puluhan tahun bukanlah hal mudah. Meski masjid yang terletak di Kec. Sooko Kab. Mojokerto ini tidak berbasis pesantren. Alhamdulillah, tak kurang dari 100-an orang jamaah yang rutin. Melaksanakan rangkaian kuliah petang jelang buka puasa. Hingga shalat tarawih. Dilanjutkan dengan tadarus Al-Quran.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda:

"Puasa dan Al-Quran akan memberi syafa'at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan berkata: Wahai Rabb-ku. Aku telah menahannya dari makan pada siang hari. Dan nafsu syahwat. Karenanya, perkenan aku untuk memberi syafa'at kepadanya. Sedangkan Al-Quran berkata: Aku telah melarang dari tidur malam hari. Karenanya, perkenankan aku untuk memberi syfa'at kepadanya." [HR. Ahmad, II/174; Al-Hakim, I/554; disahihkan oleh Al-Hakim, Az-Zahabi, Al-Haitsami, dan lainnya. Lihat Majma'uz Zawaid III/181. Dan Tamarul Minnah hlm. 394.]

Betapa meruginya kita. Bila waktu yang ada kita buang sia-sia. Ngabuburit yang menjadi tren kekinian. Nongkrong di kafe. Jalan-jalan tanpa tujuan menghabiskan waktu menunggu buka. Padahal perbuatan tersebut tak mampu menolong kita. Saat Allah Ta'ala membuat perhitungan kelak di hari kiamat.

Puasa kita. Al-Quran yang kita tadabburi. Dengan mengaji dan mengkaji. Itulah kelak yang akan menolong kita. Kedua amalan tersebut. Di hari kiamat kelak yang akan memohonkan kepada Allah Ta'ala. Agar orangtua kita, suami/isteri kita, anak cucu kita, saudara kita terlepas dari azab neraka. Pun sebaliknya, dengan syafa'at itu pula. Diri kita dapat tertolong dari siksa api neraka. Atas syafa'at yang diberikan oleh orang-orang terdekat kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline