Pelaksanaan pencoblosan Pemilu 2019 telah berlalu. Namun sorak-sorai belumlah usai. Jagat media daring masih hiruk-pikuk. Ditambah lagi media televisi. Masih menggiring opini ke sana ke mari.
Dua (2) minggu menjadi hari-hari yang amat panjang. Belum lagi korban yang berjatuhan. 400 orang lebih meninggal dunia. Hampir 4.000 orang yang mengalami sakit. Termasuk penulis sendiri. Tentu ini bukanlah kabar yang menggembirakan bukan?
Pemilihan Umum yang seharusnya membuat gembira. Ternyata menorehkan kisah duka di sana-sini. Maka tak heran bila beberapa pakar menyampaikan. Bahwa Pemilu 2019 merupakan Pemilu terumit. Sepanjang sejarah republik ini berdiri. Dan fakta memang telah membuktikan.
Sebelum bicara lebih jauh. Saya ingin berbagai pengalaman tentang Pemilu 2019 kemarin. Baik sebagai anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS). Maupun sebagai operator Rekapitulasi Penghitungan (Situng) suara di Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).
Tidak Boleh Ada Penghitungan Salah
Berbeda dengan Pemilu sebelumnya. Kali ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah memberi 'resep praktis'. Rumus Excel ini terbukti cukup ampuh. Bagaimana agar Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) tidak berbuat salah. Terutama yang berhubungan dengan penghitungan suara.
Sayangnya, tidak semua KPPS menggunakan di TPS-nya. Kendala SDM maupun peralatan menjadi penyebabnya. Oleh karena itu, di desa kami. PPS memfasilitasi untuk mengeksekusi situng di TPS.
Tanpa situng excel ini. Sebuah TPS dengan jumlah pemilih 250-an orang. Dapat menyelesaikan proses situng manual paling cepat jam 20.35 WIB. Namun dengan situng excel. TPS tercepat menyegel kotak suara presiden jam 11.20. Dengan catatan, TPS tersebut sama sekali tidak memiliki kesalahan dalam penghitungan suara.