Lihat ke Halaman Asli

Nuzul Mboma

Warna warni kehidupan

Cerpen | Mesin Penyemprot Nyamuk

Diperbarui: 12 Juni 2019   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemuda itu perlahan melangkah tanpa alas kaki, puluhan mata melihat kedua tangan yang terikat diiringi perawat dan ayahnya menuju jeruji RS jiwa. Dia terus berjalan, menunduk, menatap bayang wajahnya seperti yang terpantul bayang wajah polisi moral.

***
Hasil pemilu nanti, di sebuah kampung membuat siapa saja tahu kalau rusli pasti memenangkan pemilu rakyat, penduduk mayoritas beragama muslim dilingkungannya dan dilahirkan dari ayah sang imam mesjid membuatnya semakin yakin jika ini adalah langkah baru menapaki karir di dunia politik. 

Berbulan-bulan menemui warga dari menghadiri pernikahan tetangga, membesuk warga sakit, pengajian mingguan, menyusuri gang kecil diujung kampung hingga mengadakan pertandingan domino untuk warga disekitar hingga kampung-kampung sebelah. Suatu ketika memasuki kemarau panjang penghujung bulan oktober puskesmas dipenuhi anak kecil yang terkena penyakit demam berdarah. 

Puskesmas yang dulunya dibangun diatas tanah wakaf memberi manfaat yang besar bagi warga kampung. Di sela-sela kunjungan sosialisasinya bersama rombongan kecil pendukungnya, berjalan memasuki kamar puskesmas, rusli bertanya kepada suster:

"Bagaimana dengan penyakit DBD ini, kenapa anak kecil terus bertambah sampai tak bisa menampung muatan puskesmas?"

"Musim kemarau panjang pak, jentik nyamuk mudah berkembang biak. Jawab datar suster sembari melirik anak yang kecil yang baru masuk digendong seorang ibu".
Puskesmas ini tak lebih besar dari lapangan sepak takraw.

***
Setelah berdiskusi panjang bersama ayah dan relawan pendukung 3 hari kemudian rusli membeli mesin penyemprot nyamuk.

"Ini kesempatan yang bagus untukmu rusli agar masyarakat melihat kebaikanmu menolong mereka, namamu semakin dikenal orang banyak...menatap mata anaknya yang ragu,ayahnya melanjutkan.. jangan hilangkan kesempatan emas ini".

Adzan magrib berkumandang ayahnya beranjak ke mesjid : "Belilah mesin penyemprot itu besok". Relawan menimpali:

"Ikuti saran ayahmu rus, momen politik ini. Saya optimis ini berpengaruh dengan warga yang akan memberi suaranya untukmu jika mesin itu ada disini".

Setelah membakar rokok kretek, rusli tersenyum : " Ide yang bagus".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline