Sudah lama aku merasa matahari membakar terlalu panas. Aku banyak mengeluh tentang itu.
Tapi,
Bapak bilang, "matahari membakar dosa-dosa."
Aku tak mengerti.
Suatu siang, mentari sedang panas-panasnya membakar tepat di atas kepalaku. Sembari makan es krim, aku melihat seorang tua menarik gerobak di belakangnya. Isinya sampah-sampah.
--Yang baginya upah.
Sesaat, aku melihat surga
berjalan di belakang pria tua itu.
Es krimku tiba-tiba jadi asam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H