Jonathan Brown tertatih-tatih di jalan tak bertapak pada sebuah hutan pinus di tengah malam. Badai salju pertama itu menghantam seluruh penjuru Utah tanpa ampun.
Gubernur di Salt Lake, sedang terlelap nyenyak bersama istrinya, sedangkan Brown Tua melangkah untuk hidup di antara salju-salju ganas menuju kabin yang sekarang menjadi tempat sembunyi istri dan putrinya.
Ia sudah melangkahkan kaki tuanya cukup lama. Meninggalkan sebuah kota kecil yang menggila jauh di belakangnya. Ia berpikir, tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah makan malam.
Di perutnya yang kelaparan, tersembunyi segumpal darah segar yang mengeras. Ia percaya, dirinya takkan mati meskipun luka tusuk itu terasa amat dalam merobek kulitnya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya selepas pensiun, Brown Tua menghadapi segala halnya tanpa pengaruh alkohol. Sayangnya malam itu, ia akan menyambut kematiannya sendiri dengan penuh kesadaran atas tubuh dan pikirannya.
Beberapa jam sebelumnya, Brown Tua masih memiliki kuda. Dan kehormatannya sebagai mantan anggota Wild Bunch masih terpampang di dahinya. Namun semuanya lenyap sekaligus selepas ia menunggangi stallion-nya cepat dengan melewatkan makan malam bersama keluarga kecilnya, menuju saloon yang biasa ia kunjungi. Setelah mengetahui, anaknya yang masih remaja telah dirudapaksa oleh sekumpulan pria. Dan sekarang, hidup dan mati pria-pria itu ada di tangannya.
Sejatinya Brown Tua seorang pemabuk ulung sedari dulu, bertambah parah selepas hidupnya dihantui Wild Bunch yang tak terima ia kabur begitu saja dengan sekarung uang hasil perampokan kereta api terakhir mereka. Sekarang, nama Butch Cassidy hanya tinggal legenda bagi Utah. Tetapi Brown Tua selalu bisa mengendalikan omongannya, ia tak pernah mengoar-ngoar kejayaannya bersama orang itu.
Lagian semua juga sudah orang tahu, ia pernah menjadi anak buahnya. Ada luka tapal kuda di lengannya, dan itu membuat orang-orang merasa gentar. Tapi malam itu, kedatangannya ke saloon bukan untuk menenggak beberapa gelas tequila, tapi memburu.
Sebenarnya ia tak peduli pada para penjahat yang berkeliaran di sekitarnya. Bagaimana pun juga ia masih dianggap penjahat, perbuatannya sampai sekarang belum dibayar.
Namun, sherrif kota kecil itu tak ingin menangkap Brown Tua, karena ia banyak membantu seisi kota dengan uangnya.
Brown memanglah tua, tapi tidak pikun. Ia tahu para bandit itu ada di sana. Beberapa wajah di satu foto sepia yang ditunjukkan oleh putrinya, sering kedapatan berkeliaran di kota kecil itu memburu para pelacur di saloon Edward.