Salah satu band terbaik Inggris selama dekade terakhir, Arctic Monkeys saat ini dikabarkan tengah menggarap studio album ketujuh mereka di Suffolk. Ini akan menjadi studio album pertama mereka dalam 2 tahun terakhir setelah album mereka, Tranquility Base Hotel & Casino (selanjutnya akan disingkat TBHC), dirilis pada 2018 silam. Menurut situs Butley Priory, mereka telah menetap di sana sepanjang bulan Juni untuk merekam album.
"We've had a band staying with us for the last month recording an album. Musicians (merujuk ke Arctic Monkeys) love the acoustics in the Great Hall and Drawing Room, with their huge vaulted ceilings. Being serenaded while watering and weeding the garden, listening to the double bass, drums and piano wafting out of the open double doors, was pretty nice. Thank you, Arctic Monkeys."
Di bulan Januari lalu, Matt Helders mengatakan bahwa mereka kala itu berada di 'tahap awal' dalam mencoba untuk menulis album baru. Dalam Instagram Live nya pada 13 Januari, drummer Arctic Monkeys itu menjelaskan bahwa mereka memiliki kendala yang cukup jelas saat hendak melanjutkan rekaman.
"Being separated by the sea is one of them," kata Matt Helders, merujuk pada pembatasan perjalanan yang diberlakukan karena pandemi corona yang sedang berlangsung.
Melansir salah satu artikel NME, di bulan yang sama, manajer Arctic Monkeys mengungkapkan bahwa band tersebut sedang mengerjakan album dan mulanya berencana untuk merekam album itu di musim panas lalu.
Tujuh adalah angka mujarab dalam numerologi. Angka yang dipercaya memberikan keberuntungan mutakhir bagi para pengguna atau mereka yang melekat dengan angka tujuh. Namun apakah album ketujuh Arctic Monkeys akan semujarab angkanya? Tidak ada siapa yang tahu.
Tetapi berdasarkan kutipan Butley Priory di atas, love the acoustics dan serenaded while watering and weeding the garden, listening to the double bass, drums and piano wafting out of the open double doors, musik mereka tampaknya akan dikemas dengan nuansa folk yang akrab dengan kesenduan dipadukan dengan space dan glam rock yang dihasilkan dari suara piano yang mereka suguhkan di album 2018-nya.
Sepertinya akan terdengar seperti variasi-variasi dari album mereka Suck It And See (2011) tetapi dengan kemasan TBHC (2018). Mengapa saya merasa mereka masih akan menghadirkan spektrum TBHC, pasalnya ketika tur mereka di Boston, mereka melakukan sesi jam instrumental yang digunakan sebagai sarana untuk memiliki segway yang mulus dari lagu "505" ke "Tranquility Base Hotel & Casino" selama pertunjukan langsung, dan Boston melekat ke judul instrumental tersebut, "The Jam of Boston" yang memiliki nada cukup catchy di telinga, namun juga dark dan gloomy oleh sound yang mereka gunakan.
Meskipun tak lama saya tahu tentang mereka, tapi saya merasa musik-musik mereka berkarakter. Dari album pertama sampai album terakhir, tampaknya selalu menyuguhkan sesuatu yang baru. Tak hanya dari segi suara, begitupun dengan lirik-liriknya. Berawal dari pesta dan kenakalan remaja, sampai mengimajinasikan sebuah resor di luar angkasa adaah suatu progress yang luar biasa dari perjalanan bermusik mereka.
Saya cukup yakin dan optimis, 'anak' ketujuh mereka yang belum tahu kapan akan dirilis ini akan kembali hadir mengejutkan seperti halnya dengan TBHC di tahun 2018. Entahlah referensi apa yang anggota Arctic Monkeys dengarkan selama penggarapan album ini, buku atau film apa yang mereka tonton, ataupun apa yang mereka alami selama 'menghilang' dua tahun terakhir ini, tampaknya akan menjadi sesuatu yang jauh di luar nalar para pendengarnya, berlawanan dengan apa yang saya ucapkan di atas.
Tetapi satu hal yang tak pernah lepas dari lagu-lagu mereka, cinta.