Lihat ke Halaman Asli

Anisah Muzammil

Editor/Penulis

Terdampar di Pulau Rakata

Diperbarui: 1 April 2023   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wanita itu meringkuk di sudut geladak kapal. Sambil merapatkan jaketnya, dia menautkan lutut pada perut dengan melingkarkan tangannya seraya membenamkan kepala begitu dalam. Di sela jari tengahnya terselip sebatang rokok yang asapnya masih mengepul. Bahunya berguncang. Terdengar isak tangis di antara bunyi mesin kapal nelayan yang ia tumpangi. Sesekali dia mengangkat kepalanya untuk menyesap batang rokok hingga bara di ujung tembakau itu merah menyala. Setelah itu dari mulutnya keluar bulatan asap yang dimainkan dengan sengaja sambil mengingat apa yang dialaminya beberapa bulan lalu di media sosial.

"Paling juga halu lagi. Liat aja undangannya. Dia kayak ngedesain sendiri, trus di-upload, deh," tulis salah seorang komentator di media sosial ketika wanita itu menyebar undangan pernikahan.

"Lagi? Yang kemarin juga baru cere, kan? Itu juga kalau emang bener dia nikah." 

Satu komentar yang menurutnya tidak berperasaan. Bukan satu, melainkan dua. Bukan! Dia merasa ratusan komentar negatif itu sengaja menghakiminya. Komentar itu bagaikan suara-suara yang diucapkan langsung di lubang telinganya. Menghujat dan menjustifikasi seolah dia adalah pendosa.

"Berisiiik!" lengkingnya di tengah raungan mesin kapal. Nadanya merintih panjang. Terdengar frustrasi.

Suara-suara itu memprovokasinya untuk bersikap impulsif. Tiba-tiba dia seperti tidak percaya diri. Ada rasa takut, cemas, juga rasa selalu sendirian.

"Alhamdulillah, Bunga. Selamat, ya. Aku senang dengan berita ini. Semoga kamu bahagia."

Salah satu komentar positif dia temukan berada paling bawah. Namun, bukannya tersenyum, wanita itu malah merasa terhina. Dia menganggap orang itu tengah mengejeknya.

Nyatanya, lelaki itu telah pergi sebelum menyelesaikan akadnya. Calon suaminya keburu mengetahui sepak terjangnya di media sosial sebagai penderita bipolar akut. Ada yang bilang wanita itu adalah sang psikopat karena pandai berdusta.

Dia pun beranjak mengambil pisau, meraih ponsel, dan mengutak-atik pengaturan kamera agar bisa memotret otomatis hingga lima detik, Kemudian menempelkan pisau di pergelangan nadi. Cekrek! 

Dalam hitungan detik, foto tersebut terunggah di media sosial. Berbagai komentar berdatangan. Ada yang memprovokasinya untuk bunuh diri. Ada yang menceramahinya. Ada yang malah memakinya. Bahkan ada juga yang ramai menawarkan berbagai macam dagangan di kolom komentar. Tiga puluh menit setelah itu, ribuan komentar pedas dan tak jelas telah menghiasi beranda media sosialnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline