Lihat ke Halaman Asli

Nuty Laraswaty

Digital Marketer , penulis konten

Asian Para Games 2018 "Sama Bisa, Bisa Sama"

Diperbarui: 16 Oktober 2018   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Sebuah pemikiran 

Asian Para Games 2018. berlangsung dari tanggal 6 Oktober 2018 hingga 13 Oktober 2018. Beruntung sekali kemarin, sempat menonton malam Pembukaan Asian Para Games 2018. Kebetulan saya rangkum sedikit , sneak peaknya 

Hahaha , menurut saya hitungan mundur itu keren banget, jadi benar-benar ingin membagikan perasaan saat itu kepada pembaca. Saat pikiran dan mata tak lagi dapat berkoordinasi bersama, karena takjub melihat acara ini. 

Dalam sneak peak tersebut, saya juga hanya ingin menampilkan suasana heboh sekeliling, saat atraksi berlangsung. 

Tidak muncul di dalam video, saat teman-teman tuna rungu di sekeliling saya, saling berteriak dan meloncat-loncat saat atraksi demi atraksi muncul. 

Saat mereka ikut bernyanyi bersama. 

Saat mereka dengan antusias mencoba berpartisipasi.

Video sneak peak saya, seolah mencoba menggambarkan, bagaimana sudut pandang dunia dari kaca mata mereka. Saat kita dapat menikmati semua yang diberikan dengan panca indera kita yang normal, namun bagi mereka mungkin hanya berupa kehebohan gambar, tanpa ada suara sedikitpun. Riuhnya suara, namun hanya kegelapan yang dilihatnya. 

Dengan slogan "Sama Bisa Bisa Sama", saya ingin mengetuk pembaca untuk sejenak merenungkan. Apakah benar yang kita bisa, juga diperlukan oleh kaum disabilitas? Mungkinkah apa yang mereka butuhkan, jauh berbeda dengan apa yang kita inginkan? 

Seorang teman, berkata kalau saya bersikap negatif. Namun, hei coba kita tanyakan sejenak pada para kaum disabilitas, apakah yang mereka inginkan? 

Jika melihat dari pelaksanaan acara pembukaan Asian para Games. Saya menemukan banyak keluhan dari teman disabilitas, karena tempat duduk mereka jauh dan sulit bagi mereka yang menggunakan alat bantu . Sedangkan, sempat saya dengar komentar volunter, yang mungkin tidak memahami kehidupan kaum disabiltas, mereka agak mengomel dan salah satu sempat berkata. "Kan, tinggal di gendong saja kesana. Kenapa sih, kok jadi ngerepotin kita".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline