Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Brian Selznick , saya bersama Komik Kompasiana pun nonton bersama di bioskop di Plaza Semanggi. Saya dibuat terpukau dengan jalan cerita dengan dua lini waktu yang berbeda. Lini waktu masa kini, tetap berwarna. Adapun lini waktu masa lalu digambarkan melalui media hitam putih.
Walaupun berjalan lambat pada awalnya, namun alur cerita mendekati pertengahan mulai berubah menjadi penuh misteti dan tanda tanya.
Inti cerita masa kini pada pada pencarian Ayah dari seorang anak kecil bernama Ben. Fokus terhadap pencarian ini menjadi sangat penting, saat Ibu Ben meninggal dan Ben menemukan "petunjuk" mengenai keberadaan Ayahnya dari sebuah pembatas buku yang mencantumkan alamat dan nama tempat.
Inti cerita masa lalu pada obsesi seorang gadis kecil bernama Rose terhadap seorang bintang film, yang aktingnya selalu membuat Rose terhanyut terbawa perasaan. Saat Ayahnya memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, Rose memutuskan untuk melarikan diri dari rumah untuk mencari bintang film tersebut.
Cerita digambarkan pas waktunya, sehingga saat konfilk memuncak. Bersamaan waktunya dalam dua lini waktu tersebut.
Pada akhirnya kedua anak ini menemukan apa yang mereka cari, dan kaitan antara mereka berdua
Pemeran Ben dan Rose harus dapat berakting sebagai orang yang kehilangan pendengaran. Saya tertarik pada pemeran Rose saat masih anak-anak , yaitu Millicent Simmonds, karena aktingnya begitu natural dan saat saya mengetahui bahwa Millicent dalam kehidupan nyata memang benar tuna wicara, sayapun tak kuasa menahan haru. Di tengah persaingan akting , Milicent mampu memberikan energi dan tiada kecanggungan dalam memerankan Rose.
Film berdurasi 117 menit dan dibintangi oleh Oakes Fegley, Julianne Moore, Michelle Williams dan Millicent Simmonds. Sutradara Todd Haynes