Lihat ke Halaman Asli

triturawan karso

Pemerhati sosial dan lingkungan

Ramalan Bisnis Masa Depan

Diperbarui: 3 April 2016   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Terpikirkan sesuatu bisnis di masa yang akan datang setelah dua hari terakhir belajar pengetahuan mengenai "KIAMAT", tanda-tandanya, situasinya dan macam kejadiannya. Memang memperhatikan juga kemajuan teknologi informasi yang pesat saya menduga bahwa mobilitas manusia di masa yang akan datang 5-10 tahun lagi tidak akan sebanyak saat ini. Saya melihat saat ini sampai 10 tahun kedepan perpindahan manusia mengalami trend peningkatan yang tinggi sampai akhirnya teknologi informasi akan memutus trend tersebut karena semua bagian di dunia ini sudah terhubung dengan informasi.

Pada masa dimana semua orang mendapatkan informasi yang sama akan sesuau hal maka tidak adalagi perbedaan harga yang mencolok antara bagian di dunia ini. Mata uang pada saat itu sudah sama dalam setiap regionalnya, bukan lagi setiap negara memiliki mata uang yang di banggakan. Boleh jadi lebih "gila" daripada itu semua bahwa negara tidak dapat lagi membendung mata uang regionalnya untuk tetap dipakai, karena saat itu mata uang regionalnya akan terpuruk oleh kuatnya salah satu mata uang di dunia. Jadi orang sudah tidak berpikir lagi masalah nasionalisme mata uang tetapi "manfaat" mata uang mana yang paling menguntungkan dalam bisnisnya. 

Menurut saya dalam masa 10 tahun ke depan banyak kemajuan regulasi nasional/internasional yang mendorong penggunaan uang "non fisik" atau uang virtual dalam bertransaksi, kebebasan menempatkan uang di semua negara lebih menggila dan transparansi pendapatan dan pengeluaran seseorang dan atau perusahaan menjadi "incaran" lembaga penegak hukum dan pajak.

Dalam tulisan ini saya mengingatkan begitu besarnya investasi yang dilakukan negara ini untuk sarana transportasi  udara. Kita melihat sekarang hampir semua kabupaten ingin memiliki bandara. Mereka ingin ada penerbangan langsung dari ibu kota negara atau ibukota provinsi ke kabupatennya. Investasi yang besar ini tidak sebanding dengan jumlah orang yang di angkut, sehingga ke depan akan menjadi beban negara dalam merawatnya. Sebaiknya dalam kondisi keuangan negara yang minim , perbaikan sarana transportasi yang dapat mengangkut banyak orang menjadi prioritas utama yang berikutnya adalah akses yang dapat mendukung transportasi tersebut diperbanyak atau di perluas, misalnya jalan tol dan jalur kreta api dalam sebuah pulau.

Bisnis yang akan berkembang di masa yang akan datang akan tetap berhubungan dengan teknologi informasi, pemanfaatan sumberdaya alam yang menuju go green semakin bervariasi dan meningkat jumlahnya. Tenaga trampil yang akan berbondong-bondong pindah tidak mungkin terjadi karena pendidikan online, regulasi dan sentimen kedaerahan akan meningkat pesat. Daerah akan membuat komunitas yang solid untuk melindungi diri dari perpindahan manusia. Boleh jadi bisnis bisa berpindah tempat atau berkembang di suatu tempat tetapi manusianya tidak perlu ikut berpindah.

Pertanyaannya adalah apa yang bisa dijual pada kondisi seperti itu? Kita pasti akan kembali lagi kepada sistim BARTER, sehingga teknologi informasi akan membantu kita untuk memindahkan kelebihan orang atau daerah dan mendapatkan informasi dimana sesuatu barang dapat diperoleh dengan harga yang kompetitif. 

Andalan utama yang lain adalah ilmu dan teknologi material, karena tidak semua daerah/negara memilikinya dengan mudah; boleh jadi suatu daerah hanya menjadi "tukang jahit" yang profesional dan daerah lain sebagai produsen kainnya dan daerah lain pasarnya tanpa adanya "pedagang" keliling.

Ramalan ini tidak sampai datangnya KIAMAT karena tidak ada orang yang tahu kapan akan terjadi tetapi utusan Tuhan pernah mengupamakan dalam visualisasinya bahwa waktu datangnya KIAMAT itu sebagaimana dua jari tengah dan telunjuk yang berhimpitan kemudian "direnggangkan" sedikit. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline