Lihat ke Halaman Asli

Melototi Kurs Saja

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13858005031914994153

“Rp. 11.965/1$ dengan 4,4% defisit kuartal, ini merupakan defisit terbesar dalam sejarah”

(Arif Budimanta)

Saat ini terdapat satu hal yang disaksikan dengan seksama oleh para penguasa dan pengusaha Indonesia, disaat nilai rupiah melemah dalam kisaran yang terburuk mencapai Rp. 11.965 per 1 dolar untuk data terbaru tepat hari ini (30/11/2013). Melemahnya nilai tukar rupiah atas dolar itu berdampak signifikan terhadap seluruh elemen yang ada di Indonesia. Peningkatan harga dan yang lainnya bisa saja terjadi tatkala nilai tukar rupiah sudah semakin jauh dari standard aman tataran internasional. Masih ingat bagaimana Soeharto dijatuhkan?, tepat karena krisis moneter yang terjadi dalam negeri sehingga rupiah tidak lagi memiliki harga di mata internasional. Tentunya hari ini kita tidak mau membayangkan tragedi 1998 itu terulang kembali, meskipun sebagian orang katakan tidak mungkin akan tetapi yang namanya rupiah itu ada dan dimiliki serta dibutuhkan oleh semua orang di Indonesia tanpa terkecuali. Maka jika keguncangan itu terjadi pada satu titik yang paling esensi dalam setiap kehidupan rakyat Indonesia tentulah akan ada respon yang dilakukan oleh masyarakat baik itu respon positif maupun negatif.

Berjalannya kurs rupiah saat ini mengandalkan Bank Indonesia dalam pengamanan neracanya, padahal tidak cukup dari sektor Bank saja, seharusnya pemerintah melakukan kegiatan yang lebih bisa membawa masyarakat untuk berpartisipasi dan membuat maju ekonomi rakyatnya. Penyesalan itu muncul diakhir, tatkala kurs rupiah kini sedang anjlok barulah semua orang berbicara sadar dan vocal bahwa ekonomi Indonesia harus terus dibangkitkan.

Menurut Prof. Dr. Didik J. Rachbini; “bahwa ekonomi suatu negara berdasarkan empat hal; kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan campuran”. Konon katanya Indonesia itu menganut ekonomi campuran. Yang pada perbandingannya sungguh abstrak dalam menentukan sikap, baik itu untuk mengembangkan ekonomi maupun untuk mengantisipasi masalah ekonomi yang datang. Kita tidak cenderung materialistik, sosialistik, maupun bertindak untuk ideologi, kita hanya negara dengan teritori besar yang ekonominya bisa anjlok hanya karena mata uang sendiri. Sadar atau tidak, jika peningkatan pengusaha di Indonesia ataupun adanya dorongan yang serius dari pemerintah untuk membantu masyarakat kecil dalam memajukan ekonominya maka masalah seperti ini tidak akan terlalu berdampak signifikan, sampai-sampai tugas Presiden kita akhir-akhir ini hanya Melototi Kurs saja!.

Harusnya tidak hanya memperhatikan, sebagai seorang Presiden yang kedudukannya lebih berharga daripada mata uang sendiri memberikan sebuah pidato tegas pernyataan sikap kepada rakyatnya, atas apa yang terjadi dan dalam penanganan solusi yang bisa membuat masyarakat lebih tenang. Tapi jika Presiden sama-sama khawatir, apalagi rakyat?, tak heran beberapa perusahaan kini sedang berunding membicarakan kenaikan harga dalam rangka penyesuaian dengan rupiah.

Maka masalah yang sebenarnya ada pada Negara kita bukan dari BI yang tidak bisa menjaga kurs rupiah, tapi kembali pada tugas pemerintah yang mampu memberikan dorongan tidak hanya dari atas dan jalan-jalan citra internasional saja melainkan bertindak dari bawah dan memajukan mental masyarakat dalam hal peningkatan perekonomian. Sudah pasti jika terdapat masalah seperti ini datang maka dengan kondisi yang seperti ini kita seperti terkena pukulan oleh mata uang sendiri dimana kita tidak dapat melakukan apapun selain hanya melototi kurs saja. Perbaiki sistem dengan jelas, peningkatan ekonomi masyarakat dari bawah, serta kebanggaan akan konsumsi produk dalam negeri akan membuat ekonomi yang stabil di dalam negara sendiri. Berapapun kurs rupiahnya, jika mental masyarakat sudah terbangun maka yang terjadi hanya tinggal beradaptasi saja.

Andi M. Nurdin

IP FISIP UNPAD




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline