"Forgive But Not Forget" Bukan Sebuah Pendekatan Bijaksana
Dari laman https://elohim.id, ada sebuah ilustrasi tentang seorang lelaki miskin yang sedang berjalan pulang dengan susah-payah, sambil memanggul sebuah karung besar berisi kentang.
Akhirnya melintaslah sebuah kereta kuda di jalan itu, dan si pemilik kereta mengundang pria tersebut untuk naik ke kereta.
Setelah naik, pria tersebut duduk sambil terus memanggul karung bawaannya yang berat itu. Ketika si pemilik kereta menyuruhnya menurunkan karung itu dan meletakkannya di atas kereta, lelaki itu menjawab, "Saya tidak ingin terlalu merepotkan Anda, Pak.
Anda sudah memberi saya tumpangan, maka biarlah saya tetap memanggul karung berisi kentang ini."Ilustrasi ini mirip dengan topik diatas, sudah diatas kereta seharusnya meletakan beban dan penderitaan yang ia hadapi tetapi justru masih memikirkan pemilik kereta yang dengan rela menolongnya.
Dalam kehidupan, kita sering kali menghadapi situasi di mana kita disakiti atau dikhianati oleh orang lain. Ketika hal ini terjadi, muncul dilema antara memaafkan atau tetap memendam perasaan negatif.
Ungkapan Forgive But Not Forget "(memaafkan tetapi tidak melupakan)" sering kali diutarakan sebagai solusi untuk situasi semacam ini.
Tetapi apa apakah dampak yang akan terjadi jika memaafkan tanpa melupakan,? Nabi Yesaya berkata: "jangan mengingat hal-hal yang dahulu, ataupun merenungkan hal-hal di masa lalu."
Makna Memaafkan
Memaafkan adalah proses melepaskan perasaan dendam, marah, atau kebencian terhadap seseorang yang telah melakukan kesalahan. Ini bukan berarti kita setuju atau menerima perbuatan buruk yang dilakukan, tetapi lebih kepada melepaskan beban emosional yang kita rasakan.
Memaafkan adalah tindakan yang memerlukan kebesaran hati, karena tidak semua orang mampu melakukannya dengan mudah.