Pemilu 2024: Antara Pesona dan Kualifikasi Seorang Caleg
Jangan tergiur dengan Casingnya, karena casing yang baik tidak menjamin kualitas seseorang.
Pagi ini, tanggal 7 Desember 2023, terbersit di pikiranku saat melewati jalan-jalan utama kota Ambon yang mulai ramai dengan spanduk-spanduk menarik perhatian publik dalam berbagai ukuran, kecil maupun besar.
Tidak heran, mengingat bahwa kita sudah memasuki bulan-bulan menuju pemilihan umum 2024, di mana para calon legislatif menggunakan berbagai strategi untuk memikat hati masyarakat.
Praktik ini sudah menjadi kebiasaan, dimanfaatkan pada setiap hari raya agama sebagai momen untuk menyampaikan ucapan melalui spanduk dengan harapan mendapatkan simpati, seperti contohnya: "Selamat merayakan Natal Kristus 25 Desember 2023 dan selamat memasuki Tahun Baru 2024 dari (nama calon legislatif...)."
Tidak hanya itu, baik di rumah maupun di jalanan, terdapat berbagai cara untuk mendekati seseorang seolah-olah sudah lama kenal. Keunikan di Ambon terlihat dari adanya pengiriman karangan bunga ucapan "Turut berdukacita."
Saya bertanya-tanya, sejak kapan pejabat tinggi ini mengenal almarhum atau almarhumah tersebut? Fenomena ini sepertinya hanya terjadi menjelang pemilihan umum dan menghilang setelah pemilu berakhir.
Begitulah warna-warni dalam dinamika pemilihan umum.
Pemilihan Umum 2024 semakin dekat, dan suasana politik diwarnai oleh berbagai nuansa. Banyak calon legislatif (caleg) terlihat berlomba-lomba memperkenalkan diri dengan citra orang baik, namun penting untuk menggali apakah mereka tidak hanya memiliki pesona pribadi tetapi juga kualifikasi diri yang tidak diragukan.
Pengalaman Publik