Meniti Waktu yang Terlewat: Kisah Jam Alarm yang Tak Diindahkan
Jam weker, jam alarm, atau beker merupakan kata serapan dari Bahasa Belanda, yaitu "wekker," yang secara harfiah berarti pembangun. Umumnya, ini adalah jam yang dipasang di kamar tidur yang dilengkapi dengan alarm (lonceng) yang dapat diatur untuk berbunyi pada jam dan menit tertentu.
Pada tahun 1841, seiring dengan penemuan telegram, seorang dokter muda bernama Willian F. Channing menciptakan sistem yang dapat mengirimkan sinyal alarm kebakaran ke stasiun pemadam kebakaran di Boston, Amerika Serikat (gudangsafety.com) pada jam tertentu. Ini bertujuan untuk membangunkan orang dari tidur pagi dan digunakan sebagai pengingat jadwal.
Alarm (jam wekker) sangat berguna ketika kedua anak saya masih bersekolah di SMP dan SMU Lentera Harapan Ambon, harusnya sudah berada di kelas pada pukul 7 pagi. Waktu ini dirasa sangat berat bagi mereka.
Namun, seiring waktu, karena terbiasa mendengar bunyi alarm setiap pagi, mereka tidak lagi bangun untuk bersiap ke sekolah jika tidak dibangunkan oleh orang tua. Hal ini menyebabkan telat masuk sekolah Ini menunjukkan bahwa bunyi alarm sehari-hari dapat menjadi hal yang membosankan dan tidak lagi efektif.
Hal serupa dapat diterapkan dalam menjaga kesehatan tubuh dari berbagai penyakit. Sebagai contoh, ada orang yang mengeluh perut kram tiba-tiba, sementara penyakit serius seperti tukak lambung atau peradangan lambung dapat muncul jika sering makan terlambat. Lambung dapat terluka atau mengalami iritasi karena kebiasaan ini.
Pertanyaannya adalah, mengapa seseorang mengalami penyakit lambung yang parah? Penyakit tersebut tidak muncul tiba-tiba. Sebenarnya, sudah ada tanda "alarm" sejak awal yang mengingatkan pada waktu makan, tetapi sering diabaikan karena dianggap sudah terbiasa.
Bunyi alarm waktu makan yang kita dengar sebenarnya tidak ditujukan kepada orang lain, tetapi kepada kita sebagai pemilik alarm itu sendiri. Jangan meremehkan bunyi alarm karena dapat memiliki dampak besar bagi kita masing-masing. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H