Bukan main-main minuman, sopi adalah minuman sejenis arak yang terbuat dari koli atau aren. Masyarakat Maluku Barat Daya menyebutnya sebagai minuman adat dan sebagai bagian dari warisan budaya lokal mereka.
Dalam artikel menarik yang ditulis oleh Switzy Sabandar pada 24 Desember 2022 dengan judul "Sopi, Miras dengan Kearifan Lokal Maluku untuk Ritual Perkawinan Adat," dijelaskan bahwa sopi umumnya menjadi simbol keakraban antara tuan rumah dan tamu, serta dihidangkan dalam upacara-upacara seperti perkawinan adat. Tanpa sopi, seakan hidup tanpa garam.
Proses pembuatan sopi melibatkan berbagai tahap penyulingan untuk mencapai kualitas dan kadar alkohol tinggi, dengan tampilan bening seperti air putih. Sopi sangat diminati oleh banyak orang.
Secara ekonomi, sopi memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat yang hidup dalam kondisi sangat miskin, sehingga masih dijual secara terang-terangan di berbagai tempat untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari.
Namun, perlu diingat bahwa sopi termasuk minuman keras dengan kadar alkohol tinggi, mencapai 50%. Konsumsi berlebihan dapat merusak kesehatan tubuh, seperti yang dijelaskan oleh dr. Gabriella Florencia pada 13 Januari 2021. Dampak negatif termasuk kerusakan jantung, peradangan pankreas, kerusakan otak, infeksi paru-paru, kerusakan hati, dan ginjal, serta berbagai penyakit lainnya.
Dari segi sosial kemasyarakatan, pengaruh sopi dapat merusak kehidupan seseorang, mengganggu keharmonisan rumah tangga, dan menciptakan ketidakamanan di lingkungan masyarakat.
Pandangan iman Kristen menyoroti dampak negatif seperti kerusakan akal budi, kehilangan nyawa, pengambilan keputusan buruk, dan potensi bahaya diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, dalam pandangan iman Kristen, mabuk dianggap sebagai perilaku yang tidak diinginkan dan berdosa.
Meskipun minuman sopi dan sejenisnya telah menyebabkan banyak korban, namun masyarakat masih menganggapnya sebagai hal biasa. Semakin dipamerkan menjadi sutu kebanggaan kelompok Masyarakat tertentu.
Tidak heran jika jalur/jalan setapak menuju ke rumah saya diberi nama oleh warga setempat H2S (Hari-Hari Sopi) dan terbukti seputar lingkungan selalu ada transaksi jual beli sopi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi sopi termasuk budaya atau tradisi tertentu, tekanan teman sebaya, pelepasan stres, iklan dan promosi dari industri minuman keras, serta warisan keluarga.
Penting bagi pembaca untuk menjaga hidup sebagai anugerah dari Yang Mahakuasa, menjauhi pergaulan yang merusak hidup. Kesejahteraan hidup hari ini dan masa depan ada di tangan masing-masing individu. Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pembaca untuk hidup dengan bijak.