Ada banyak aspek ketika kita berbicara tentang skill Ramadhan. Bagi saya salah satu skill yang perlu untuk terus dimutahirkan adalah kesabaran. Menurut saya, Sifat sabar menjadi satu poin utama dalam kemuliaan akhlak seseorang. Bukan berarti mengesampingkan hal-hal lainnya, namun opini saya sabar memang perlu kita latih dan terus kita tingkatkan.
Meskipun sabar ada batasannya, namun bagi saya melatih kesabaran adalah hal yang wajib. Terutama saat bulan Ramadhan seperti sekarang. Saat Ramadhan, situasi dan kondisi sangat-sangat jauh berbeda dibandingkan denga hari-hari biasa. Seolah-olah semesta mendukung kita untuk berbuat kebaikan. Sebagai gambaran, ketika Ramadhan setiap orang tentu berusaha untuk menahan diri tidak mudah "meledak" ketika meluapkan emosi. Ini menjadi senjata utama bagi kita untuk melatih kesabaran.
Satu sisi, dalam hati dan pikiran kita juga merasakan hal yang sama. Saat Ramadhan ibadah-ibadah sunah yang biasanya jarang kita lakukan terasa ringan untuk kita kerjakan. Hati, dan pikiran kita juga secara otomatis mengontrol perilaku kita. Kita pasti berfikir dua kali hanya untuk sekedar meluapkan kekesalan dengan mengumpat misalnya. Padahal, ketika hari-hari biasa kita pasti akan langsung ngedumel dalam hati ketika menemui kendala atau situasi yang tidak menyenangkan.
Diakui atau tidak, hal ini memang dapat kita rasakan. Jadi kita punya kesempatan untuk belajar bersabar saat Ramadhan seperti ini. Ketika kita telah terbiasa, hal berikutnya yang harus dilakukan adalah menjaga konsistensi. Sejauh mana kita bisa menumbuhkan kesabaran kita dalam situasi yang tidak menguntungkan? Sejauh mana kita menjaga mulut, hati, dan pikiran kita untuk tidak "meledak" saat kita kesal dengan seseoarang? Inilah pentingya konsistensi dan komitmen. Ketika kita sudah komitmen dan konsekuen untuk bersabar, maka halangan dan ujian apapun akan kita hadapi dengan tenang tanpa harus "meledak".
Sabar itu tiada batas. Penting bagi kita untuk segera Upgrade Sabar versi 5.0. Mengapa harus versi 5.0? Apa sih sebenarnya Sabar 5.0? Kita harus ingat, saat ini kita tidak hanya hidup di dunia nyata, namun kita juga hidup di dunia maya. Dunia dimana kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk menyelam dalam ruang Twitter, Facebook, Instagram, atau TikTok. Dunia maya yang membuat indera kita tak bisa lepas dari gawai. Di dunia maya inilah upgrade sabar kita diuji. Saat Ramadhan seperti ini mungkin kita bisa membatasi penggunaan media sosial, bagaimana setelah Ramadhan usai?
Tak jarang ketika berselancar di dunia maya, kita ikut terseret arus. Ada rasa iri, dengki, dan marah ketika menelusuri lini masa dan beranda media sosial kita. Walaupun apa yang kita lihat, dan kita baca belum tentu kebenarannya. Akhirnya hanya persepsi kita sendiri yang menguasai. Ketika sudah memuncak tak jarang jari-jemari kita menuliskan kata-kata makian, kebencian, provokasi, dan kemarahan. Inilah mengapa kita harus upgrade versi sabar kita menjadi 5.0.
Ramadhan mengajarkan kita untuk mengelola segala eleman dalam diri kita. Ramadhan mengajarkan kita mengelola indera penglihatan, indera perasa, indera penciuman, mengelola hati dan pikiran kita. Apabila kita tidak memanfaatkan momen ini dengan sebaik-baiknya, bisa jadi kita hanya akan mendapatkan haus dan lapar saja. Kita tidak akan pernah memenangkan hadiah yang istimewa, hadiah yang sejati yaitu kenikmatan dalam kesabaran.
Rasulullah Muhammad Saw dan para Sahabat mengajarkan kita semua bagaimana manisnya buah kesabaran. Jangan sampai kita sebagai umat mengabaikan ajaran-ajaran beliau. Memang, manusia tak sempurna, tapi paling tidak kita sudah berusaha untuk menjadi lebih baik. Ramadhan tahun ini tentu menjadi ladang bagi kita semua untuk belajar tentang sabar. Semoga kita semua diberikan kemudahan, kekuatan, dan kesabaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H