Bukan rahasia umum, terdapat banyak anggapan dan stereotip bahwa perempuan memiliki kesulitan lebih besar dalam membaca peta dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sulit untuk disangkal karena banyak perempuan yang tersesat saat bepergian dengan menggunakan peta. Asumsi ini mendasari pandangan bahwa laki-laki memiliki keunggulan dalam tugas-tugas spasial, seperti navigasi dan orientasi arah. Namun, apakah benar demikian? Apakah perbedaan ini bersifat biologis atau hanya konstruksi sosial yang terbentuk dari pengalaman dan ekspektasi budaya?
Berdasarkan Kemampuan Kecerdasan Spasial
Kemampuan spasial adalah kemampuan manusia untuk membayangkan berbagai bentuk benda, dimensinya, koordinat, proporsi, hingga gerakannya di dalam pikiran.
Secara historis, studi tentang kemampuan spasial mendemonstrasikan bahwa laki-laki cenderung lebih unggul dalam beberapa tugas yang memerlukan orientasi visual, seperti rotasi mental atau orientasi arah. Leluhur pria yang bertugas berburu atau menjelajah memerlukan kemampuan navigasi yang baik,sementara peran perempuan di sekitar tempat tinggal mungkin lebih berfokus pada keterampilan detail dalam mengelola rumah dan komunitas sekitar.
Menurut Allan dan Barbara Pease, dalam bukunya yang berjudul Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps, dijelaskan bahwa sudah ada "ribuan" studi ilmiah dan penelitian pemindaian otak yang mengonfirmasi bahwa laki-laki memiliki area otak tertentu, yaitu lobus parietal (parietal lobe), yang didedikasikan untuk kemampuan spasial. Disebutkan juga bahwa lobar parietal pada pria secara signifikan lebih besar daripada yang dimiliki oleh wanita. Ada perbedaan yang cukup signifikan dalam jumlah hormon antara perempuan dan laki-laki.
Ilmuwan di Norwegian University of Science and Technology (NTNU) telah melakukan penelitian tentang pengaruh jumlah hormon testosteron pada laki-laki dan perempuan. Mengapa hormon testosteron? Karena hormon tersebut memiliki peran yang sangat vital. Lelaki yang menghasilkan lebih banyak testosteron dianggap lebih cekap dalam kemahiran spatial.
Di pihak lain, hormon estrogen yang dihasilkan oleh wanita juga dapat mengurangi kemampuan spasial. Maka, dapat disimpulkan bahwa semakin feminin seseorang perempuan, kemampuannya dalam navigasi atau membaca peta bisa berkurang.
Peran Faktor Sosial dan Pengalaman
Studi terbaru mengungkapkan bahwa kemampuan spasial tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan juga dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan belajar di masyarakat. Kesempatan untuk terpapar pada aktivitas yang meningkatkan kemampuan spasial, seperti berlatih orientasi arah atau olahraga tertentu,bisa diakses baik oleh perempuan maupun laki-laki.
Ini bermakna kemampuan membaca peta boleh dipertingkatkan melalui latihan, dan tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin. Tak sedikit perempuan bisa membaca peta dengan sangat baik, terutama kalau mereka punya pengalaman atau pelatihan yang cukup. Contohnya, ada banyak pilot perempuan, pengemudi, dan pelaut yang memiliki kemahiran navigasi yang luar biasa. Hal ini mengisyaratkan bahwa stereotip tentang perempuan yang dianggap lemah dalam membaca peta, mungkin lebih merupakan hasil dari norma-norma sosial daripada perbedaan biologis yang bersifat tetap.
Pentingnya Mengatasi Stereotip Menganggap bahwa perempuan kurang mampu membaca peta dibandingkan laki-laki adalah suatu stereotip yang perlu dikaji ulang. Kemampuan ini sebenarnya lebih dipengaruhi oleh pelatihan, eksposur, dan pengalaman dibandingkan hanya oleh faktor biologis. Jika terus dipertahankan, stereotip semacam ini bisa membatasi peluang perempuan untuk mengasah kemampuan spasial mereka. Memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan untuk belajar dan mengasah keterampilan spasial, seperti navigasi dan orientasi arah, dapat mengubah pemikiran dan meningkatkan kemampuan tersebut pada perempuan. Akhirnya, tidak ada alasan biologis konkret yang menghalangi perempuan untuk memiliki kemampuan membaca peta sebaik laki-laki. Stereotip sosial, dapat menghalangi potensi yang sebenarnya bisa dikembangkan oleh siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki.