Lihat ke Halaman Asli

Jati Diri Bangsa Indonesia yang Mengembara

Diperbarui: 7 November 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salam budaya dan Pariwisata! Apa kabar Sobat Budaya? Kali ini, saya ingin menuliskan opini saya tentang jati diri bangsa Indonesia yang kian terkikis oleh perkembangan zaman.

Sobat Budaya, taukah Anda? Sejak berabad-abad yang lalu, Indonesia menjadi sorotan negara-negara dari berbagai belahan dunia karena Negara Indonesia berhasil menyatukan perbedaan antar warga negaranya dan menjadikannya keindahan kebersamaan dan semangat nasionalisme. Kebersamaan dan semangat Nasionalisme Indonesia terbangun dari adanya pluralisme kebudayaan yang tergambarkan oleh keanekaragaman dan kekayaan budaya, seperti bahasa daerah, lagu daerah, tari tradisional, upacara adat, makanan tradisional, berbagai macam seni rupa dan masih banyak lagi. Kebhinekaan Budaya Indonesia tersebut tersebar luas di 34 provinsi yang terdiri dari 17.504 pulau dan dihuni oleh 350 suku bangsa (Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2013).  

Prulalisme Kebudayaan Indonesia merupakan kekuatan utama dan potensi dalam mengembangkan bangsa. Sayangnya, rasa bangga dan memiliki terhadap budaya bangsa justru kian terkikis seiring perkembangan zaman. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh globalisasi yang mulai menggeser aspek kehidupan rakyat Indonesia, khususnya aspek kebudayaan dan ekonomi.

Dampak globalisasi telah nampak pada masyarakat di Indonesia. Masyarakat dari berbagai kalangan, khususnya pemuda mulai mengabaikan kebudayaan lokal daerah. Dari pengamatan saya, banyak sekali pemuda yang sangat gemar menyaksikan tanyangan dari India, Jepang dan Korea yang tayang setiap hari. Selain itu, gaya hidup masyarakat masa kini telah bergeser dan berorientasi pada negara-negara barat yang mengedepankan individualisme, konsumerisme dan kapitalisme. Masyarakat Jawa Timur sudah mulai mengganti posisi lagu daerah dengan lagu-lagu mancanegara, makanan tradisional dengan makanan cepat saji, tari-tarian daerah dengan break dance dan masih banyak lagi.

Padahal, Generasi muda merupakan tonggak estafet penerus perjuangan bangsa harus bangga dan percaya diri untuk mempromosikan kebudayaan dan pariwisata lokal kepada lingkungan sekitar. Sebelum mempromosikannya kepada orang lain, tentunya generasi muda harus memacu diri sendiri untuk lebih mencintai budaya dan pariwisata dengan cara menguasai wawasan tentang budaya dan pariwisata lokal. Dengan berlandaskan dan memegang teguh kearifan lokal, generasi muda dapat menginspirasi bagi lingkunga sekitar.

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 28 November kita baru saja memperingati hari sumpah pemuda. Lantas, apakah kita masih ingat tiga butir isi sumpah pemuda tersebut. Jika kita masih ingat, tentunya kita akan mulai tergugah dan bangkit. Kita seharusnya dasar bahwa selama ini kita sudah terlalu lama terkungkung dalam kapitalisme dan individualisme yang menyingkirkan jati diri pemuda Indonesia. Sebagai pemuda Indonesia, mari bersama-sama kita bangga bertumpah darah tanah air Indonesia, kita cintai bahasa Indonesia dan kita junjung tinggi bangsa Indonesia dengan sepenuh jiwa dan raga.

Demikian ulasan yang dapat saya berikan. Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat dan memberi nilai positif bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Ayo kita dukung Gerakan Sejuta Data Budaya. Untuk informasi lebih lanjut bisa diakses melalui laman dan media sosial berikut:

Twitter             : @sobatbudaya || @infobudaya

Facebook         : Sobat Budaya

Instagram        : Sobat Budaya

Youtube           : Sobat Budaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline