Lihat ke Halaman Asli

Memilih Pemimpin : Imani, Hati Nurani, Akal Budi

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13803776281231045034

Memilih pemimpin gampang-gampang susah.Beruntung gampangnya 2 X dan susahnya hanya sekali.

Dibawah ini hanyalah reka-reka bagaimana memilih secara terstruktur , dengan sekian banyak pertimbangan , dan memilih yang terbaik bagi masing masing. Yang pasti, setiap pemilih berhak dan bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan akal-budi, hati nurani dan imani.

Data dan informasi , menyangkut kenyataan perilaku kehidupan sang calon pemimpin, rekam jejak ( apa saja yang pernah dilakukan ) , agamanya, kemampuan / kecakapannya, kejujuran, keamanahan, keadilan, dan lain lain boleh diisi seluruhnya / tidak diisi sebagian , terserah masing masing pemilih. Faktor yang spesifik menjadi pertimbangan pemilih adalah , apakah “kepentingan spesifik dirinya” akan terpenuhidibawah pimpinan yang dipilihnya.

Sang Calon pemimpin dan Team Pemenangan wajar untuk berkampanye dan berjanji apa saja , agar sukses terpilih.

Para pemilih sebaiknya punya informasi & data, terkait perilaku nyata calon pemimpin yang akan dipilih, kecakapannya, rekam jejaknya.Sering hal ini dikatakan sebagai faktor , integritas, wawasan, kapabilitas, kompetensi , kenegarawanan, dan apa lagi.

Tulisan ini hanyalah opini dan berbagi. Kalau dianggap inspiratif , cobalah di explore lebih jauh. Kalau tidak cocok, tidak usah dipikirkan lebih jauh.

Sekedar berbagi opini, tulisan ini memang tidak menimbulkan “emosi” apa apa, karena hanya sebuah pola pikir semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline