Lihat ke Halaman Asli

Menatap dan Menata Wajah Pendidikan di Indonesia

Diperbarui: 8 Agustus 2021   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pentingnya Pendidikan

Pendidikan itu penting. Bahkan sangat penting. Ungkapan-ungkapan demikian sering saya dengar mulai dari rumah bahkan. Maka saya akhirnya mengerti mengapa ayah saya rela mengorbankan waktunya hampir beberapa bulan hanya untuk antar sekaligus menemani saya beberapa jam di sekolah di kala saya masuk SD. Karena jika tidak ditemani pasti saya akan kabur kembali ke rumah.

Waktu itu, kesadaran akan pentingnya pendidikan sama sekali tidak terbersit dalam benak seorang anak SD. Syukur sebagai orang tua, ayah saya menyadari pentingnya hal itu. Jika tidak, bisa saja kisahnya berbeda.

Di sekolah juga ungkapan 'pendidikan itu penting' juga masih terdengar di kala guru menasihati kami. Ini tentu ungkapan untuk memompa motivasi belajar. 

Untuk lebih meyakinkan kami, kadang guru mengatakan, kalau kamu rajin belajar kamu tidak akan dibodohin oleh orang lain, kelak kamu akan jalan-jalan ke kota, SMA di kota, jadi anak kuliahan dan kelak kamu akan jadi PNS seperti kami. 

Wah, ini kayak iklan yang penuh janji-janji surga. Relevan dengan kebutuhan psikologis anak-anak desa kayak saya waktu itu. Tapi memang demikian. Kami berhasil diyakinkan.

Waktu berjalan begitu cepat. Saya yang dulu dinasihati, kini mengambil peran sebaliknya. Kepada peserta didik yang saya dampingi kadang saya menggaungkan kembali nasihat bijak guru-guru saya dulu. 

Hanya saja saya menambah satu dua hal, meyakinkan mereka bahwa pendidikan memungkinkan mereka untuk menjadi manusia produktif, sesekali mengulang kembali keyakinan driyarkarya, bahwa pendidikan adalah instrumen yang membantu manusia untuk semakin manusia. Berpikir, bertindak dan bertutur sebagaimana layaknya manusia.

Pendidikan adalah hak tetapi kadang mengaksesnya sulit?

Pendidikan memang penting. Tetapi sayang, masih ada juga penduduk negeri ini yang tidak bisa mencicipinya? Mereka kesulitan mengakses pendidikan. 

Sejumlah faktor menjadi penyebabnya, dua diantaranya belum tersedianya lembaga pendidikan di wilayahnya, mungkin ada tetapi jauh dari rumahnya. Harus menempuh berjam-jam perjalanan. Bisa juga soal kemampuan finansial keluarga untuk membiayai pendidikan anaknya. Yang terakhir ini hampir pasti menimpa keluarga miskin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline