Dibalik nama terdapat harapan dan komitmen
Saya terinspirasi menulis tentang judul ini ketika mengawas ujian seleksi masuk calon mahasiswa baru tempat saya mengabdi. Salah seorang peserta cukup menarik perhatian saya karena memiliki nama yang cukup panjang dan inspiratif. Namanya adalah Laurentius Pintar Adil Selamat Gulo.
Saya memang belum sempat menanyai yang bersangkutan terkait apa yang ia pahami dan harapkan dari namanya. Juga belum menanyai orang tuanya terkait alasan pemberian nama anaknya demikian. Tetapi saya yakin bahwa pasti dibalik pemberian namanya ini ada doa dan harapan orang tua dan bahkan keluarga besar yang dialamatkan kepada sang pemilik nama ini.
Nama memang tidak sekedar predikat yang dikenakan kepada seseorang sebagai pembeda dari yang lain tetapi merupakan penunjuk identitas. Dibalik nama terdapat filosofi tertentu. Didalamnya ada harapan dan komitmen.
Tempat asal bahkan agama seseorang bisa kita prediksi dari nama (apalagi disertai marga) yang dikenakan padanya. Kita bisa pastikan bahwa seorang yang bernama Laurentius Pintar Adil Selamat Gulo berasal dari Nias lantaran marga Gulo adalah salah satu rumpun marga di Nias.
Sebaliknya jika kita berkenalan dengan seorang yang bermarga Sihombing, Sinaga, Sipahutar maka kita pasti langsung mengetahui bahwa mereka berasal dari suku Batak. Mendengar nama Kaunang, Manopo dan Pangalila kita langsung menduga yang bersangkutan kemungkinan adalah orang Manado/Minahasa.
Di beberapa kebudayaan bahkan memiliki tradisi tertentu dalam pemberian nama. Salah satunya yang saya alami sendiri adalah di budaya Nias-Sumatera Utara. Sebagai pastor saya beberapa kali diundang untuk hadir dalam ritual ini. Biasanya dalam acara ini orang tua si anak akan mengumumkan secara resmi nama anaknya dihadapan keluarga besar.
Nama yang diberikan biasanya dalam bahasa daerah setempat. Tetapi ada juga yang langsung memberi nama anaknya dalam bahasa Indonesia. Jika si anak dari keluarga yang beragama katolik maka biasanya pastor memimpin doa dan ibadat singkat dalam upacara ini. Makan bersama juga menjadi penyempurna acara ini. Nama yang diberikan pada upacara ini biasanya akan dipakai sebagai nama baptis ketika anak tersebut menerima sakramen baptis dalam gereja katolik.
Dalam budaya Jawa juga demikian. Dibalik namanya biasanya ada filosofi tertentu. Ada ratusan nama dalam budaya Jawa yang memiliki arti yang berbeda-beda. Saya mengutip dari beberapa referensi misalnya:
- Abimayu yang artinya: tidak takut kesulitan.
- Adiguna: pandai dan pintar
- Adinata: Unggul
- Aditya: Matahari
- Bimo: luar biasa
- Gumilar: anak laki-laki yang terus terang
Kalau dalam budaya Jawa nama dikaitkan dengan filosofi, di Bali tidak demikian. Disana sistem penamaan seseorang pada umumnya berdasarkan kasta dan urutan kelahiran. Sehingga ketika mendengar nama tertentu orang langsung tahu kalau yang bersangkutan dari kasta mana dan anak ke berapa dalam keluarga.
Nama tinggal nama jika tanpa pemaknaan