Lihat ke Halaman Asli

Lady Gaga Vs. Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FPI vs Lady Gaga menjadi tema debat Indonesia Lawyers Club TV One Rabu (16/5) malam. Penolakan konser Lady Gaga oleh FPI dan ormas menjadi kontroversi. Yang menjadikan saya heran ternyata para tokoh islam sendiri ada yang kurang setuju dengan keputusan POLRI menerima FPI dengan tidak memberi izin baik secara langsung maupun tidak langsung maksud dari setiap pendapat dan pemikirannya. Padahal kalau kita menyimak sebuah hadis dibawah ini yang isinya adalah

Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)

Sebagian pendapat ada upaya untuk menyalahkan keputusan yang telah terjadi ,bukankah kalau kita menapsirkan “tangan” dalam hadis itu adalah sebuah kekuasaan atau kekuatan, dan jelas sekali POLRI disini berperan senbagai penguasa yang mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan itu. Seharusnya para tokoh agama ( Islam ) berterimakasih dan tidak terjadi peristiwa anarkis yang sering disangkakan dilakukan oleh oknum FPI.

Dan yang menjadikan aneh pendapat seorang tokoh ormas Islam yang notabene sebagai orang nomer satu di ormasnya ,mengatakan . "Ada satu juta Lady Gaga, ada satu juta Irsyad Manji, iman warga NU tidak akan berkurang, akhlaq warga NU tidak berkurang," jadi seolah-olah kalaulah seluruh umat islam di Indonesia menjadi pengikut NU tidak akan ada pengaruhnya terhadap konser lady gaga. Apakah tokoh NU ini tahu semua prilaku masing-masing warga NU di masyarakat seperti apa. Saya sebagai orang awam bukan ahli agama islam dan tidak ikut ormas islam manapun hanya bisa tersenyum.

Saya bergaul dilingkungan ormas Islam seperti NU,PERSIS,PKS,PPP,Muhammadyah dll, bagaimana karakter secara makro masyarakat masing-masing pengikut dan simpatisannya. Disini terlihat antara kwalitas dan kwantitas menjadi tolak ukur pembinaan umatnya. Bukankah warga NU sekarang ini merupakan mayoritas. Tapi kondisi bangsa ini kenyataannya ( KKN, kriminalitas, geng motor,Narkoba, kemusrikan, tahayul diacara hiburan, terorisme, pengobatan2 yg tidak rasional, ritual bid’ah berkedok agama dan budaya, dll). Saya tidak menuduh yg melakukan itu warga NU, tapi yg perlu di perhatikan mau dibawa kemana bangsa ini, mau jadi apa generasi – generasi muda, kalaulah kebobrokan, kebodohan, hidup hura-hura, kemaksiatan dibiarkan saja .

Kapan amar ma’ruf nahi munkar mau ditegakan kalaulah para tokoh islamnya sendiritidak ada kesepahaman, kurang serius dan tidak ada ketegasan dalam membina umat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline