Lihat ke Halaman Asli

NURYATI

GURU KELAS

Wawasan Kebhinekaan Global

Diperbarui: 29 Oktober 2023   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diklat Wawasan Kebhinekaan Global PPG Daljab K1G2 PGSD 02 dan PGP PGSD 02

Pada Minggu, 29 Oktober 2023 pukul : 07.00 - 16.30 WIB. Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) yang diadakan oleh Kemendikbud digelar secara daring melalui tautan Google Meet. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa PPG Dalam Jabatan K1G2 PGSD 02 dan PGP PGSD 02 Universitas Negeri Malang (UM). Dalam diklat ini, beberapa topik menarik disajikan oleh pemateri terkemuka, Bapak Dosen Dr. Yohannes Kurniawan Barus, M.Pd. dan Dr. Sukoriyanto, M.Si., yang mengupas tentang pentingnya memahami keberagaman budaya dan menciptakan lingkungan pendidikan yang harmoni dan damai.

Topik pertama yang diangkat adalah "dunia yang berwarna tentang kebhinekaan global" Bapak Dosen Dr. Yohannes Kurniawan Barus, M.Pd., menyampaikan Topik 1 ini membawa kita pada fakta asal usul setiap manusia di dunia ini beragam, bahkan melalui tes DNA kita ditunjukkan bahwa asal usul nenek moyang) setiap orang tidaklah tunggal. Kita juga belajar bahwa semakin kita beragam maka semakin membuat kita jauh lebih cerdas. Pemahaman tentang keragaman budaya global (pendidikan multi kultural) dan pentingnya menghargai perbedaan tersebut. Beliau menekankan bahwa memahami dan merayakan keberagaman adalah langkah penting menuju dunia yang lebih baik. Peserta diklat mendapatkan wawasan tentang budaya-budaya yang berbeda di berbagai negara dan bagaimana mempromosikan inklusi serta kerjasama antarbudaya.

Selanjutnya, pemateri membawakan topik "Negeri penuh Harmoni," yang menyoroti kekayaan budaya Indonesia dan pentingnya menciptakan harmoni di tengah keragaman. Bapak Dosen Dosen Dr. Yohannes Kurniawan Barus, M.Pd., Topik 2 ini menjelaskan lebih jauh tentang keragaman Indonesia sebagai sebuah karunia dari sang pencipta. ada tantangan yang dihidangkan juga di topik ini serta solusi bagaimana mengatasinya tantangan tersebut.mengajak peserta untuk menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia dengan menghormati budaya-budaya yang ada. Peserta diklat diberikan pengetahuan tentang beragam suku, bahasa, dan adat istiadat di Indonesia, serta pentingnya menjaga toleransi dan saling menghormati antarwarga negara.

Selanjutnya, topik ketiga adalah "Damai Dimulai dari Diri." Pemateri, Bapak Dosen Dr. Yohannes Kurniawan Barus, M.Pd., Topik 3 seperti refleksi, mengingatkan diri sendiri bahwa setiap diri punya identitas, dan identitas kita yang unik tidak perlu dibandingkan dengan identitas orang lain. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menyampaikan pentingnya membangun kedamaian dan mengelola konflik dengan bijaksana. Beliau membagikan strategi dalam menghadapi perbedaan pendapat dan konflik dalam konteks pendidikan. Peserta diklat diajak untuk merefleksikan diri dan menjadi agen perubahan yang dapat menyebarkan nilai-nilai damai di masyarakat.

Jika kita mau jujur, segala tindakan kejahatan dan kebencian terhadap apapun itu terjadi karena faktor ketidakmampuan manusia mengendalikan dirinya sendiri, tidak mampu mengendalikan sumbernya yaitu hawa nafsu.

Kebencian atas nama apapun hanya bisa terkisis habis manakala manusia memperkuat sikap cinta, kasih sayang, dan welas asih, sikap damai dan bersedia hidup saling mengenal dan menghargai, membuka diri untuk hidup berdampingan tanpa melihat segala perbedaan agama, suku, ras dan golongan. Dan untuk menebar kedamaian itu titik tolaknya harus dimulai dari diri sendiri.

Prinsip Ini yang diyakini kuat oleh Mr. Javier Perez de Cuellar, mantan Sekjend PBB dimana beliau mengatakan bahwa "Kedamaian harus dimulai dalam hati setiap kita. Melalui refleksi yang tenang dan serius mengenai arti kedamaian, cara-cara baru dan kreatif dapat ditemukan untuk mengembangkan pengertian, persahabatan, dan kerja sama di antara orang-orang".

Kedamaian itu erat kaitannya dengan rasa mencintai. Menurut Nelson Mandela, seorang tokoh perdamaian dunia asal Afrika yang berkeyakinan bahwa setiap orang lebih mudah diajarkan cinta kasih, daripada diajarkan hidup saling membenci, beliau berkata "Tidak ada orang yang lahir untuk membenci orang lain karena warna kulit, latar belakang, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci. Dan jika mereka dapat belajar untuk membenci, maka mereka juga bisa belajar untuk mencintai karena cinta datang lebih alami ke hati manusia daripada kebalikannya". Dan di mata tokoh antikekerasan dunia asal India Mahatma Gandhi, gerakan antikekerasan itu harus dimulai dari dalam diri kita sendiri.

Sumber: https://kumparan.com/ibn-ghifarie/damai-dimulai-dari-diri-sendiri-1wcd8qTLlvQ/full

Topik selanjutnya dibawakan oleh Bapak Dr. Sukoriyanto, M.Si., dengan judul "Sekolahku Bhineka." Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya kaya akan perbedaan atau disebut sebagai masyarakat majemuk. Hal ini ditegaskan dengan adanya semboyan negara Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika. Berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 1951, ditetapkan bahwa: Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan pada lembaga negara Republik Indonesia yang mengandung arti 'walaupun berbeda-beda tetap satu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline