Kecurangan PPDB memang kerap kali berulang, setiap tahun selalu saja sekolah sekolah negeri yang favorite menerima siswa-siswi baru jauh melebihi kuota yang disepakati. Sekolah sekolah negeri favorit menjadi tujuan utama para calon siswa baru. Orang-orang kuat, para pejabat juga kerap menitipkan anak atau saudaranya di sekolah sekolah favorit meskipun sekolah tersebut secara kuota sudah terpenuhi tetapi pihak sekolah tidak kuasa untuk menolaknya.
Menurut hemat penulis, terjadinya kecurangan itu disebabkan oleh kualitas dan fasilitas pendidikan yang tidak merata. Sekolah negeri di beberapa tempat memiliki fasilitas dan kualitas yang baik hingga menjadi rebutan calon siswa baru dan orang tua siswa baru.
Ditambah lagi setelah terjadinya fasilitas dan kualitas yang jomplang, pemerintah kurang tegas dalam menindak kecurangan yang terjadi di lapangan. Pemerintah membuat aturan tetapi pemerintah tidak tegas dalam mengawal aturan tersebut. Kalaulah pemerintah tegas dengan aturan yang sudah dibuat dan disepakati, maka mungkin tidak banyak sekolah yang gulung tikar karena tidak ada murid, gulung tikar karena murid lari semua ke sekolah negeri.
Tetapi terlepas dari permasalahan curang saat PPDB, semua stakeholder yang ada di sekolah harus berjuang dengan penuh kesungguhan untuk membentuk sekolah yang unggul. Karena sebagaimana semut yang selalu mengerubungi gula karena manisnya, begitu juga semua warga sekolah harus menciptakan keunggulan sekolahnya masing-masing sehingga sekolah itu menjadi rebutan calon siswa baru seperti semut yang senantiasa mengerubungi gula.
Para orang tua dan calon siswa baru tidak mau merencanakan kegagalan masa depan dengan memasuki sekolah sekolah yang secara keunggulan tidak jelas. Mereka ingin ketika anak-anak mereka lulus suatu saat dari sekolah, bisa menjadi manusia yang mampu bersaing dengan manusia lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H