Konflik sering kali mewarnai kehidupan mertua dan menantu. Dan konflik antara mertua dan menantu bukan hanya terjadi dalam sinetron TV, tetapi banyak juga terjadi di masyarakat. Hal ini bisa juga dibilang wajar terjadi konflik karena ada orang baru ditengah tengah keluarga yang sedang bertumbuh. Konflik juga kerap kali terjadi karena perhatian si anak yang tadinya hanya untuk orang tuanya saja, karena kehadiran menantu maka perhatian anak menjadi berkurang kepada orang tua menjadi kepada pasangan hidupnya atau si menantu.
Lantas bagaimana supaya tidak terjadi konflik di antara mertua dan menantu yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan di kedua belah fihak atau bahkan paling fatal bisa menyebabkan rumah tangga si anak hancur.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan supaya menantu dan mertua tetap harmonis;
Satu, setelah menikah baiknya jangan tinggal serumah dengan mertua. Tinggal setelah menikah di rumah orang tua istri atau di rumah orang tua suami sangatlah tidak disarankan, lebih baik tinggal di rumah sendiri kalau sudah punya rumah, atau ngontrak rumah kalau belum punya rumah. Tinggal serumah bersama mertua adalah sumber konflik pertama karena di sana ada dua keluarga yang punya karakter dan keinginan berbeda tetapi harus tinggal dalam satu rumah.
Kalaulah menantu dan mertua memiliki saling pengertian yang luas dan mendalam, tentulah konflik bisa dihindari. Tetapi itu jarang terjadi. Yang terjadi justru hilang saling pengertian yang mendalam dan luas. Contoh kasus misalnya saat ibu mertua menyuruh menantunya masak dan si menantu tidak bisa, maka kalaulah mertuanya tidak memiliki pengertian yang baik tentu ini akan menjadi bahan mertua untuk menjelekan menantu dan parahnya lagi menjadi bahan gunjingan dengan tetangga yang menyebabkan menantu sakit hatinya. Tapi kalau mertuanya memiliki pengertian yang baik tentu menantu yang tidak bisa masak justru dia bimbing supaya bisa, supaya kelak bisa membuat masakan yang enak buat pasangannya atau anaknya sendiri.
Kedua, mertua jangan ikut campur dengan rumah tangga anak dan menantunya apapun yang terjadi. Misalnya anak dan menantunya hidup dalam serba kekurangan karena mereka juga masih baru dalam menjalani rumah tangga, mertua jangan banyak komentar. Cukup diam saja. Kalaupun mau berkunjung ke rumah anak menantu, silahkan berkunjung untuk memperkuat silaturahmi, tapi jangan banyak komentar tentang kehidupan anak dan menantu. Rumahnya kurang begini, perabotannya kurang itu, makanan di rumah menantu kurang apa, jangan semua itu dikomentari.
Begitu juga si anak jika ada konflik jangan mudah cerita kepada orang tuanya, selesaikan konflik dengan pasangan mu sendiri dan jangan libatkan orang tua. Orang tua yang mengetahui anaknya sedang ada konflik dengan menantu, bisa jadi ikut campur dan itu menyebabkan hati si menantu sakit. Si anak dan menantu gampang akur kembali jika ada konflik, sebaliknya mertua tidak gampang akur dengan menantu jika mengetahui anaknya ada konflik dengan menantu.
Ketiga, sering seringlah berkunjung ke rumah mertua untuk menguatkan silaturahmi, dan bawalah hadiah sedikit atau banyak itu tidak masalah. Dengan hadiah atau buah tangan, hubungan menantu mertua akan mencari dan menantu akan dikenang sebagai anak yang baik. Terkadang ada istilah yang menyebar di masyarakat kita, jauh jaraknya selalu harum meskipun kebaikan kecil yang dibawa. Tapi dekat atau hidup serumah selalu bau atau selalu salah meski banyak berbuat baik..
Semoga kita selalu akur dan baik dengan mertua dan menantu kita. Keluarga yang baik adalah pondasi yang kuat untuk membangun negara yang kuat dan hebat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H