Lihat ke Halaman Asli

Menulislah Meskipun Tidak Dibaca

Diperbarui: 25 November 2022   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Seorang intelektual muslim Fatima Mernissi menyatakan bahwa menulis akan membuat cantik dan menghaluskan kulit pelakunya. Jadi jika ingin cantik dan berkulit halus maka menulislah, kira kira itu penjelasan pernyataan dari seorang intelektual muslim. Bahkan kata beliau, efek menulis bisa lebih baik dalam mempercantik dan menghaluskan kulit daripada kosmetik. 

Orang orang juga mengatakan bahwa menulis menyehatkan jiwa, segala carut marut dalam pikiran, beban berat pikiran yang ditanggung sendiri, itu akan mengguncangkan jiwa dan membuat jiwa gelisah, lain halnya jika permasalahan itu dituliskan, dituliskan secara detail rentetan demi rentetan peristiwa yang memilukan, yang membuat jiwa gelisah, maka seketika jiwa akan merasakan efek lega dan "Plong". Lega dan "Plong" seolah masalah itu telah hilang, padahal masalah itu baru dituliskan, baru diceritakan secara detail dalam sebuah buku atau laptop. Lebihnya lagi, dengan sebuah permasalahan yang menimpa diri kita dituliskan, kita tidak akan merasa malu seburuk apapun atau sejelek apapun permasalahan itu, karena kita hanya menuliskannya, bukan menceritakan kepada teman dekat kita yang suatu saat bisa bocor permasalahan itu tanpa kita ketahui. 

Disamping itu pastinya, dengan sering menuliskan permasalah yang ada, yang menimpa diri kita, bonus semakin hari kita semakin mahir menulis. otot otot menulis kita makin kuat dan bisa di prospek untuk serius menjadi penulis. Dan seperti yang dikatakan sastrawan besar Pramudya Ananta toer, menulislah engkau meskipun tulisan itu tidak dibaca. Ini persis seperti yang diajarkan oleh pengusaha Bob Sadino tentang usaha, bangunlah usaha, bangunlah bisnis tapi jangan mengharap untung, supaya kalau rugi tidak sakit hati. Tentu kata beliau seorang pengusaha itu inginnya untung, tetapi jika keinginan untung itu mendominasi, maka saat rugi tiba kita akan sakit hati dan kapok menjalankan usaha.

Demikian juga seperti kata Pramudya, menulislah walau tulisan itu tidak dibaca. ini tentu motivasi yang sangat kuat, dia sudah tidak lagi berfikir untung rugi apakah dengan menulis akan ada yang menerbitkan tulisannya, akan mendapatkan uang banyak, yang penting bagi Beliau menulis itu sebuah keharusan. Sebuah eksistensi diri yang membuat keberadaan diri menjadi diperhitungkan. Membuat suara hati yang termaktub dalam tulisan akan hidup jauh melampaui penulisnya, jauh menjelajah sampai kenegeri yang tidak terduga, karena begitu karya itu ditulis maka dia akan berjalan menemui pembacanya dimanapun pembaca berada. Maka wajar dengan motivasi yang kuat akan menulis itu, karya karya beliau bisa kita baca sampai hari ini. 

Ada juga pepatah dari Imam al-Ghazali, kalau engkau bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka menulislah. Wajar kemudian dengan motivasi yang kuat seperti diatas, sang imam besar memiliki banyak karya yang masih dibaca oleh jutaan umat muslim sampai hari ini. Nama beliau hidup dan terus dibaca karya-karyanya karena tulisan beliau. Patut menjadi contoh bagi kita yang pemula dalam menulis untuk selalu menulis meskipun itu hal sederhana. Untuk selalu menulis meskipun ilmu kita belum banyak, suatu saat nanti akan ada saatnya tulisan kita menjadi baik dan dibaca banyak orang karena kegigihan kita. Ayo menulis!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline