Lihat ke Halaman Asli

Heboh Siswi SD Diusir dari Kelas karena Tak Hadir Belajar Daring

Diperbarui: 11 Juni 2022   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baru-baru ini kabar menghebohkan terkait dengan seorang siswa yang diusir dari kelas pasalnya selama pembelajaran daring tidak pernah mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa ber inisial MF,  awalnya disebut diusir karena tidak pernah mengikuti pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka (PTM). Alasannya karena MF tidak memiliki HP dan seragam sekolah.  "Saat itu saya ingin mengantarkan pensil, karena saat itu saya ingat keponakan saya tidak punya pensil. Saya ke sekolah, tapi saat di sekolah dia (MF) sudah ditemukan relawan menangis di pinggir jalan," ujar bibi MF.

Dia sempat tak percaya atas pengakuan MF yang diusir gurunya pada Selasa (24/5) itu. Bahkan mengira MF berbohong telah diusir guru karena tidak pernah mengikuti pembelajaran daring maupun PTM. "Saya pikir keponakan saya ini berbohong, tapi saat saya dengar sendiri dari teman kelasnya, mengatakan MF diusir, begitu sakit hatinya saya, sebab MF ini sangat butuh kasih sayang orang tua," ungkapnya. Munawarah mengatakan MF saat itu mengalami tindakan tidak menyenangkan dari teman kelasnya. MF bercerita bahwa dirinya diusir lalu dilempar kertas, tangan MF juga ditarik paksa oleh seorang oknum guru. "Dia (MF) di-bully oleh teman sekolahnya saat diusir, dan sempat dilempar kertas, ditambah ada seorang guru olahraga yang melakukan tindakan kasar dengan menarik tangannya hingga kesakitan," sebutnya. Di kutip dari Detiksulsel.com 07/06/2022

Pendidikan adalah kebutuhan masyarakat sehingga wajib disediakan dan difasilitasi oleh negara sebagai bentuk tanggung jawab negara terhadap rakyatnya, namun nampaknya semua itu hanya angan-angan dalam sistem kapitalis, sebab sejatinya dalam sistem kapitalis setiap sector kehidupan tak lepas dari meraup keuntungan, tak terkecuali pendidikan.  Maka  wajar saja jika banyak anak bangsa yang tidak memperoleh pendidikan yang layak sebagaimana MF tadi, MF hanya salah satu dari sekian banyak kasus yang sama, namun tidak terekspos media.

Dalam sistem kapitalis yang memandang bahwa pendidikan adalah tanggung jawab individu sendiri, sehingga ketika ada masyarakat yang tidak mendapat fasilitas pendidikan karena terhalang oleh ekonomi, maka seakan dianggap bukan urusan negara. Sangat disayangkan ketika pendidikan yang seharusnya didapatkan secara gratis oleh rakyat tanpa memandang ekonomi, namun pada kenyataannya dalam sistem kapitalisme justru  harus bersusah paya agar bisa mendapat pendidikan, belum lagi terkait pendidikannya yang belum semua mencetak generasi yang berkualitas.

Dengan begitu, berharap pada sistem kapitalis dalam mewujudkan pendidikan yang adil nan berkualitas agaknya  sulit tercapai, karena jelas fokusnya bukan untuk mengurusi dan melayani umat namun justru menjadikan umat sebagai lahan memperoleh keuntungan, maka hal yang wajar jika kita menemui pendidikan dalam sistem kapitalis yang tidak berbobot justru melahirkan generasi yang kurang akhlak, karena pendidikannya bukan lagi fokus terhadap ilmu pengetahuan melainkan materi. Alih-alih mendapat pendidikan gratis, dalam sistem kapitalis justru tiap tahunnya biaya pendidikan semakin naik dan sulit dijangkau terutama bagi masyarakat yang memiliki ketebatasan ekonomi.

Sangat berbanding terbalik dengan Islam. Dalam Islam, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi negara. Maka, pendidikan dalam Islam bisa didapat secara gratis dengan hasil yang berkualitas. Pendidikan dalam sistem Islam mampu melahirkan generasi cerdas dan fokus, karena dalam sistem Islam pendidikan diberikan secara Cuma-cuma, sehingga para pelajar tidak perlu pontang panting memikirkan biaya pendidikan yang mahal.

Pendidikan dalam Islam dibiayai langsung oleh negara sehingga semua rakyatnya bisa mendapatkan pendidikan secara merata. Pembiayaan pendidikan dalam Islam diambil dari baitul maal, sebagai kas keuangan negara yang sumbernya pun jelas seperti dari fai', kharj dan hasil dari harta kepemilikan umum yang dikelolah langsung oleh negara. Mari kita flashback dan melihat kembali bagaimana potret pendidikan pada masa kejayaan Islam, karena penerapan aturan Islam sehingga pembiayaan pendidikan dapat terpenuhi dengan baik, Khalifah Al-Muntashir Billah di Baghdad yang mendirikan Madrasah al-Muntashiriah, dimana para siswa-siswinya mendapatkan beasiswa  berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Bukan hanya itu,  dalam keseharian mereka dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas yang mereka dapatkan sangat lengkap seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian.

Tentu tidak ada kekhawatiran tentang daya tampung karna itu jelas diperhatikan utama oleh negara. Inilah bukti bahwa urusan public yang diatur dengan aturan Islam termasuk pendidikan pasti akan maju dan sejahtera tanpa perlu memikirkan permasalahan biaya lagi, karena semuanya sudah diurusin oleh negara dengan baik, sehingga fokus pendidikan dalam  sistem Islam  yakni mecetak generasi-generasi terbaik  yang akan memimpin peradaban. Maka untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, maka sudah seharusnya kita kembali kepada sistem Islam, sistem yang komperhensif  mampu mengatur semua aspek kehidupan sesuai dengan kebutuhan manusia, karena peraturan-peraturan Islam datang dari Allah yang menciptakan alam semesta dan seisinya, Wallahu A'lam bishawwab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline