Lihat ke Halaman Asli

Nurwahidah

Mahasiswa

Menjelajahi Gaya Kepemimpinan Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu di Universitas Hasanuddin

Diperbarui: 27 September 2023   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Fajar.co.id

Dunia Pendidikan telah membuka luas kesempatan bagi perempuan untuk unjuk kemampuan dalam memimpin perguruan tinggi. Sudah banyak perempuan yang telah terpilih sebagai rektor di beberapa Universitas di Indonesia. salah satunya adalah Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. yang pernah menjabat sebagai rektor di Universitas Hasanuddin Makassar selama dua periode dari tahun 2014-2022 dan tercatat sebagai rektor wanita pertama di Universitas Hasanuddin.

Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. atau yang akrab disapa Prof. Dwia lahir di Tanjung Karang, Lampung pada 19 April 1964. Prof. Dwia adalah guru besar Sosiologi Universitas Hasanuddin yang mulai mengajar sejak tahun 1989 dan merupakan istri dari Natsir Kalla, adik kandung mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla. Sebelum menjabat sebagai rektor, Prof Dwia pernah menjabat sebagai Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Kerjasama.

Dalam artikel ini akan membahas tentang gaya kepemimpinan Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. berdasar pada The Four Frames of Leadership (empat bingkai kepemimpinan) dari Bolman dan Deal dalam buku Reframing Organizations. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa terdapat empat bingkai kepemimpinan dalam organisasi yaitu struktural, sumber daya manusia (human resource), politik, dan simbolik.

Structural Frame

Bolman dan Deal (2017) menjelaskan bahwa kerangka struktural menggambarkan dunia rasional dan menekankan arsitektur organisasi, termasuk perencanaan, strategi, tujuan, struktur, teknologi, peran khusus, koordinasi,hubungan formal, metrik, dan rubrik. Dilihat dari sudut pandang structural Frame, Selama memimpin Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. meningkatkan kualitas pendidikan dengan membuat perencaan program kerja yang menjadi acuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan inovasi baru.

Dalam sebuah sharing season di Politeknik Negeri Ujung Pandang, Prof. Dwia menyampaikan bahwa kunci pengembangan institusi adalah perencanaan yang baik. Perencanaan berperan jadi panduan, tapi tetap tidak boleh lepas dari garis besar visi dan misi universitas. Sinergi sangat dibutuhkan dalam perencanaan tersebut, apalagi jika didukung dengan manajemen tata kelola yang baik. Prof Dwi juga menekankan pentingnya mile stones yang dibuat jangka panjang, sehingga mekanisme pengelolaan sumber daya dan program kerja lebih terarah. Diperlukan adanya penguatan aspek eksternal yang strategis dengan melibatkan tidak hanya mitra tapi para-alumni.

Pada masa kepemimpinannya, pandemi Covid-19 menyerang sehingga tatanan dalam sistem pendidikan di UNHAS yang harus dirubah. Manajemen administrasi berubah total karena harus menyesuaikan dengan keadaan pada masa itu.  Sebagai pemimpin, Prof. Dwi berupaya melakukan penataan ulang dengan pola pendidikan sehingga mampu diterapkan dan memberikan hasil sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dilansir dari unhas.ac.id, Prof Dwi mengungkapkan Selama pandemik semua aktifitas administrasi seperti registrasi mahasiswa baru, ujian, bahkan wisuda berlangsung lebih cepat. Dulu kita mesti rapat, kemudian membentuk panitia, menyiapkan logistik, dan sebagainya. Hal ini berubah sejak pandemi. Eksekusinya justru jadi lebih cepat, karena semua terdorong untuk menggunakan teknologi. Jadi kedepan, pendidikan tinggi harus memaksimalkan struktur organisasi, maupun SDM. Sejak pandemi dimulai, para peneliti Unhas telah berkali-kali melakukan inovasi. Unhas menciptakan inovasi pada ventilator, Aerosol Channel, dan beberapa aplikasi lainnya. Hal ini juga perlu ditata kembali dengan  membangun infrastruktur ekosistem ilmiah yang memadai atau topik penelitian yang mengarah pada kesehatan lingkungan.

Human Resource

Perspektif sumber daya manusia (Human Resource), yang berakar pada psikologi, memandang organisasi sebagai sebuah keluarga besar, terdiri dari individu-individu dengan kebutuhan, perasaan, prasangka, keterampilan, dan keterbatasan (Bolman dan Deal, 2017).

Dalam masa kepemimpinannya, Prof. Dwi selalu memastikan bahwa semua elemen aktivis di Universitas memiliki kesempatan yang sama dalam berkontribusi.  Selain itu, berusaha mendengarkan dan merespons kebutuhan staf dan mahasiswa dengan penuh empati. 

Political

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline