Lihat ke Halaman Asli

Nur Wachid

Akademisi

Kyai Kampung sang Pendidik Ulung

Diperbarui: 20 Mei 2024   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kitab Taisirul Kholaq membahas tentang akhlaq/dok. pri

Kyai Kampung Sang Pendidik Ulung

Dalam dunia pendidikan, peran serta seorang  pendidik sangat vital. Pendidik adalah tonggak utama untuk menempa pelajar menjadi pribadi yang lebih baik dan kompeten. Pendidik adalah mereka yang mentransfer ilmu, wawasan, dan pengetahuan kepada orang lain baik secara formal maupun informal. Kita tentunya mengenal beberapa istilah atau sebutan untuk seorang pendidik di Indonesia seperti guru, ustadz, dosen, instruktur, pelatih, dan juga coach. Merujuk beberapa sebutan tersebut tentunya yang paling sering kita dengar adalah istilah "guru". Dalam Bahasa Jawa, guru merupakan akronim dari sebuah istilah yaitu 'gu' yang bermakna 'digugu' (dipatuhi) dan 'ru' yang bermakna 'ditiru' (dicontoh). Jadi, makna guru adalah seseorang yang patut dijadikan teladan dalam kebaikan sehingga segala ucapannya patut dipatuhi oleh orang lain.

Pastinya, saat kita membahas istilah guru maka yang pertama kali terlintas dibenak kita adalah guru di sekolah atau madrasah formal seperti di SD, MI, SMP, MA dan kampus. Padahal sebenarnya ada guru yang paling berjasa dalam perkembangan hidup kita khususnya saat kita belajar membaca AL Quran dan ilmu agama yaitu guru mengaji dikampung atau yang biasa kita kenal dengan istilah kyai kampung.

Kyai kampung, mereka adalah orang-orang yang senantiasa ikhlas membimbing dan mengarahkan para pencari ilmu untuk menjadi pribadi yang mahir khususnya dalam hal ilmu agama. Hampir setiap malam, setelah sholat magrib mereka meluangkan waktu untuk mengajari anak-anak kecil baca tulis AL Quran. Tanpa ada rasa Lelah, mereka membimbing dan mengarahkan anak-anak menjadi pribadi yang lebih baik. Saya sendiri merupakan produk dari para kyai kampung yang telah mengikhlaskan diri mereka untuk menjadi seorang pejuang agama di jalan yang diridhoi Allah SWT.

Mari sejenak kita renungkan betapa mulianya seorang Kyai kampung. Dengan bermodalkan ilmu agama, mereka mencurahkan segenap pikiran dan tenaganya untuk mentransfer ilmu kepada kita. Yang saya tahu, mereka tidak pernah meminta imbalan apapun dari anak-anak yang mengaji di rumahnya. Dalam seminggu, mereka membimbing anak-anak 5-6 hari tanpa ada rasa Lelah. Sungguh mulia bukan peran mereka. Sekiranya tak  ada yang mampu menggantikan peran kyai kampung yang Ikhlas mengajarkan ilmunya kepada kita semua.

Di zaman yang semakin canggih dan modern ini peran kyai kampung tetap tidak bisa tergantikan. Mereka adalah sosok yang benar-benar menjadi suri tauladan bagi muridnya yang berguru kepadanya. Memang, kadang ada juga orang tua yang memanggil guru privat untuk mengajari anak-anak mereka mengaji namun hal itu berbeda. Tentunya, interaksi antara seorang guru mengaji di kampung dengan guru privat jelas berbeda. Yang saya rasakan, adanya ikatan batin yang sangat kuat antara sang murid dengan para kyai kampung. Ikatan tersebut ada secara alami tanpa ada paksaan, adanya rasa segan dan hormat kepada para kyai kampung adalah sesuatu yang sangat Istimewa.

Lalu, sudahkah kita berterima kasih dengan para kyai kampung tersebut? Pernahkah kita mencium tangannya saat kita sudah dewasa? Pernahkah kita mencium tangannya saat kita sudah menjadi seorang yang berilmu dan mungkin bahkan lebih mahir dari mereka? Jika saat ini kita belum pernah mengucapkan terima kasih dan mencium tangan mereka maka inilah waktunya. Kita tidak mungkin menjadi orang yang hebat, mahir, dan sukses tanpa arahan dan doa dari mereka.

Ada beberapa hal yang bisa kita ambil pelajaran dari para kyai kampung tersebut:

Keikhlasan

Begitu besar jasa mereka mendidik dan mencerdaskan kita dengan tanpa meminta uang sepersen pun mereka Ikhlas mengajar dan mengabdikan dirinya menjadi seorang pendidik yang ulung. Keikhlasan yang mereka tunjukkan bukan hanya sebatas pada materi namun juga Ikhlas secara nurani untuk menyalurkan ilmu yang mereka kuasai kepada kami. Rasa capek tidak pernah menjadi penghalang bagi mereka untuk terus mengajar kami menjadi pribadi yang paham akan ilmu agama.

Ketawadhu'an

Saya sangat merasakan betapa tawadhu'nya para kyai kampung. Mereka sangat menikmati hidup dan beribadah kepada Allah SWT. Rutinitas yang mereka kerjakan adalah sebuah pengabdian bagi tuhan yang maha kuasa.

Kesabaran

Coba bayangkan, mengajari anak-anak huruf hijaiyah apakah mudah? Saya sendiri merasakan dan mencoba mengajari baca tulis AL Quran untuk anak saya dan ternyata saya merasa sangat kesulitan. Para kyai kampung tersebut sangat sabar mendidik kita untuk mengenal huruf demi huruf agar kita bisa membaca AL Quran. Dulu kyai saya selalu mengulang pelajaran tanpa lelah hingga saya paham dan akhirnya bisa khatam membaca AL Quran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline